Judul :
Looking For You
Penulis :
Endang SSN
Editor :
Vita Brevis
Desainer cover :
A’an
Layouter : Fitri
Raharjo
Pracetak : Endang
Penerbit : de
Teens
Terbit :
Januari 2014
Tebal :
261 hlm.
ISBN : 978-602-255-430-1Synopsis :
Juara satu kontes fotografi? Bukan main-main!
Jadi tenar itu pilihan, kalau ada kerja keras. Sabrina semkain yakin dan
percaya bahwa bakat itu ada. Dukungan keluarga dan sahabat membuatnya mampu
melangkah pasti. Sayang, keberhasilannya dalam ujuan nasional dan dunia fotografi
berbanding terbalik dengan cinta putih abu-abunya. Dia ditikung, karah, kesal,
frustasi beradu jadi satu.
Maksud hati melarikan diri dari masalah ke kota
gudeg, dia justru bertemu seorang pria cuek dan apa adanya. Dua hari serasa
dunia banyak yang berubah. Meski sosok pria yang pernah berpacaran dengannya
datang dan menawarkan cinta yang sama, tapi bagi Sabrina, ada sosok the
right man in the right place yang akan dipilihnya.
***
Sabrina. Sosok gadis yang sangat menyukai
fotografi dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Sosok yang berprestasi dan
menjadi kebanggan orang tua da sahabatnya.
Adele. Sahabat baik Sabrina. Merupakan orang
yang memiliki posisi penting dalam hidup Sabrina. Selalu men-support gadis itu sampai ke dunia
asmaranya.
Reza. Sosok yang menjadi idola banyak orang.
Termasuk Sabrina sendiri.
Dimas. Sosok yang begitu humble untuk Sabrina. Sosok yang mampu membuat kadar emosi gadis
itu naik turun hingga ke level terendah.
***
Looking For You. Bercerita tentang sosok Sabrina yang sangat
menyukai dunia fotografi hingga membawanya pada puncak kejayaan. Meraih juara
pertama dalam suatu kontes fotografi membuat gadis itu semakin semangat
menekuni hobinya. Bukan hanya sekedar fotografi biasa saja yang hanya
mementingkan angle dan pencahayaan
untuk mendapatkan sebuah potret yang sempurna. Tapi lebih kepada sebuah potret
yang mampu bercerita pada siapa pun yang melihatnya.
Sabrina yang merupakan salah satu siswi yang
memilih untuk menyalurkan hobinya melalui gambar-gambar yang tidak sekedar
gambar. Ia menghabiskan sebagian waktunya untuk memotret semua yang menarik
perhatiannya dan berusaha untuk bisa tahu dari arti setiap potret yang berhasil
di dapatkan.
Sebagai seorang siswi SMA yang sebentar lagi
akan menghadapi ujian nasional, Sabrina harus rela untuk mengurangi kadar
memotretnya supaya bisa memberikan yang terbaik untuk pendidikannya kelak.
Lagipula,orang tuanya menghadiahkan kamera itu untuk membuat semangat Sabrina
lebih menggebu dalam pendidikannya. Ayahnya selalu menekankan bahwa pendidikan
adalah hal utama. Dan dengan hadiah itu, orang tuanya berharap bahwa Sabrina
bisa mengambil keputusan bijak kapan ia harus menelurkan bakatnya dalam dunia
fotografi dan kapan ia harus fokus dalam pendidikannya.
Suatu proses hidup kemudian memanggil-manggil
Sabrina untuk kemudian mengabadikannya dalam sebuah potret yang bisa bercerita.
Kebun Bibit adalah tempat di mana ia bisa mendapatkan semua potret itu. Potret
anak jalan yang berusaha mendapatkan uang. Anak-anak yang harusnya bisa
mendapatkan pendidikan yang layak justru hidup dalam kerasnya kehidupan seperti
sekarang ini. Sabrina yang selalu meluangkan waktunya dan mengamati kumpulan
itu merasa ada yag berbeda.
Mereka semua bekerja di jalan untuk mencari
uang, tapi kemudian mereka berkumpul untuk kemudian membaginya pada satu sosok.
Pancaran wajah mereka menyorotkan kekhawatiran yang mendalam. Sabrina yang
memotret mereka beberapa kali juga mendapatkan sesuatu yang berbeda dengan
perilaku anak-anak ini. Hinga ia kemudiaan memutuskan untuk menceritakan
semuanya pada sahabatnya, Adela.
Adela tercenung melihat potret yang berhasil di
abadikan oleh Sabrina. Potret itu seakan bercerita. Adela kemudian mempunyai
gagasan untuk meminta Sabrina mengikutsertakan foto itu dalam sebuah lomba
fotografi. Tapi sebelum itu, ia harus mendapatkan ijin dari orang tuanya lebih
dulu.
Dan tentu saja orang tuanya mengiyakan keinginan
Sabrina untuk membantu anak-anak jalanan itu. Apalagi, sabrina berniat untuk
membantu mereka semua dengan semua hadiahnya jika memang ia memenangkan kontes
itu nantinya. Komentar positif juga ia dapatkan dari Reza, orang yang selama
ini disukainya diam-diam. Reza begitu mendukung ide Sabrina dan berniat untuk
bergabung sebagai tenaga pengajar yang nantinya akan mengajar anak-anak itu.
Setelah percakapan dengan orang tuanya, kali ini
Sabrina harus membicarakan niatnya itu pada anak-anak jalanan yang ia ambil
potretnya. Tentu saja gadis itu harus meminta persetujuan mereka. Dan respon
pertama mereka adalah mereka sedikit ragu karena merasa bahwa Sabrina dan Adela
adalah orang asing yang berniat untuk membantu mereka. Dan ternyata, usut punya
usut, mereka melakukan semua perkerjaan jalanan dan membaginya dengan salah
satu teman mereka karena ayah dari salah satu teman mereka tengah sakit dan
membutuhkan biaya untuk berobat.
Bagaimana mungkin anak-anak yang hidupnya yang
sudah susah itu kemudian memutuskan untuk membantu sesamanya? Subhanallah...!
Guntur, yang ayahnya sedang sakit, awalnya menolak karena merasa bahwa pada
akhirnya mereka hanya akan dihina dengan potret mereka. Tapi kemudian, Sabrina
dan Adela memberi sedikit wejangan
bahwa ini juga mereka lakukan untuk anak-anak itu. Sabrina dan Adela juga
memutuskan untuk mengajari anak-anak itu dan memberi mereka buku pelajaran yang
nantinya akan bermanfaat bagi mereka.
Hingga saat pengumuman kontes itu tiba, Sabrina
tidak mendapatkan email konfirmasi apa pun dari panitia pelaksana. Lalu,
bagaimana akhirnya sabrina memandang bahwa ia harus memupuskan harapan
anak-anak itu karena kekalahannya?
Juga bagaimana saat kenyataan akhirnya
menghadapkannya pada sebuah realita bahwa Reza justru memilih Adela, bukan
dirinya?
Dan bagaimana Dimas, anak dari salah satu teman
ayahnya kemudian perlaha-lahan masuk ke dalam kehidupannya dan membuat kadar
emosi Sabrina naik turun?
***
Cover looking
for you menurut aku simple tapi cocok banget dengan konsep ceritanya.
Pinggiran cover dengan ilustrasi puzzlenya juga menambah kesan misterius novel
ini. tapi karena novel ini berkonsep fotografi, mungkin sebaiknya ditambah
ilustrasi kamera atau mungkin gambara sedikit mengenai potret yang mempunyai
porsi yang cukup banyak dalam cerita. Karena novel ini bukan hanya sekedar
cerita percintaan remaja. Tapi lebih kepada sisi inspiratifnya sendiri.
Warnanya udah cocok banget dan good
looking.
Untuk blurb dibelakang cover, aku koreksi
sedikit. Di sana dikatakan bahwa meski sosok pria yang pernah berpacarana
dengannya datang dana menawarkan cinta yang sama.... blurb itu kayaknya
sedikit keliru. Karena setahu saya seelah membaca novel ini, Reza sama sekai
tidak pernah berpacaran dengan Sabrina, walaupun laki-laki itu memang pernah
menyukai Sabrina. Dan juga, tidak ada sosok lain yang diceritakan dalam novel
kecuali Dimas dan Reza.
Untuk pemilihan settingnya sendiri cukup kuat
yah. Penulis seakan menjelajahi tempat itu dulu sebelum menuliskannya sehingga
tercipta setting yang cukup kuat dan akurat. Aku suka banget sama penggambaran
penulis mengenai beberapa tempat dan suasananya. Jadi seperti berada di tempat
itu angsung bersama-sama dengan Sabrina dan Dimas.
Untuk pemilihan karakternya sendiri, seperti
kebanyakan penulis lainnya, untuk satu ini mungkin setiap penulis memeiliki
caranya masing-masing. Sebagai pembaca untuk yang satu ini, aku tidak akan
berkomentar banyak. Karena penulis
memiliki alasannya sendiri.
Untuk pembagian karakternya menurut aku porsinya
udah pas banget. Kayak takaran gula sama tehnya mama aku yang selalu pas. Nggak
kemanisan juga nggak hambar. #CURCOL. Porsinya tokohnya lebih menekankan pada
sosok Sabrina tentu saja sebagai tokoh utama. Bagaimana gadis itu hidup,
memperjuangkan impian, menghadapi kenyataan hingga harus menyelesaikan masalah.
Pilihan-pilihan itu diulas penulis dengan sangat baik.
Pemilihan konfliknya sendiri mengenai sosok yang
cintai dan mencintai orang lain udah banyak yang pilih, yah. Tapi bedanya di
sini, semuanya ditemani dunia fotografi dan penjelajahan menyusuri kota gudeg
dengan segudang keindahannya.
Untuk novel ini, penekanannya ada pada nilai
inspiratif yang berusaha di sampaikan penulis kepada pembaca. Ada satu kata
yang cukup aku suka.
“Cinta tidak pernah bermusim.”
Setuju atau tidak dengan quotes itu nggak
masalah. Tapi aku percaya itu.
Aku kasih 4,6 bintang untuk novel ini.
3 komentar:
thanks banget saya males baca novelnya, saya cuma nyari sinopsisnya
Terimakasih novel ini telah membantu saya menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia untuk membuat ikhtisar 😊
Orientasinya gimana kak aku gatau:(
Posting Komentar