Judul : Beyond Twilight
Penulis : Noey Moore
Editor : Ratna Mariastuti
Tata sampul : @ferdika
Tata isi : S. Lestari
Pracetak : Antini, Dwi, Wardi
Penerbit : DIVA Press
Terbit : Januari 2013
Tebal : 347 hlm.
ISBN : 978-602-7663-85-5Synopsis :
“Kalimatku tidak akan dapat menggambarkan betapa
mulianya engkau sebagai keturunan Penguasa Malam. Ketulusan dan kemurnian
hatimu mengalahkan semua kekuatan pekat yang menyelimuti malam. Kalau saja
bisa, tentu aku akan menangis bahagia karena telah menemukan dirimu, wahai
Putri Fajar.”
Lepas dari insiden mematikan di rumah pantai,
Enola menjalani kehidupan barunya dengan pindah dari Forks bersama Laurel, dan
Mr. Worthington. Berharap dapat melanjutkan mimpinya untuk kuliah di Harvard, gadis
itu justru menemukan ketertarikan lain di bidang barang antik. Ia pun bekerja
pada Tuan Stern, lelaki tua pemilik galeri barang antik yang hidup sendiri.
Sayangnya, belum lama Enola menyerap ilmu dari
Tuan Stern, lelaki tua itu meninggal lebih dulu. Berbagai peristiwa tak terduga
mulai mengguncang hidupnya. Kembalinya Kay yang telah berubah menjadi Vampir,
kemunculan ibu tirinya yang bernama Meranie, pentahbisannya sebagai Putri
Fajar, hingga tugasnya untuk menyelamatkan kekuasaan ayahnya dari pasukan
pemberontak pimpinan panglima Neal, termasuk kemungkinan untuk berpisah dengan
kekasihnya, Laurel.
Mampukah Enola menjalani takdirnya sebagai Putri
Fajar? Akankah ia berhasil menemukan ayahnya yang hilang diculik? Bagaimana ia
mengendalikan rasa takutnya akan kemungkinan kehilangan Laurel?
Petualangan Enola mengenali dunia baru dan
pencarian jati dirinya berlanjut di sekuel Almost
Twilight. Lebih seru, lebih menengangkan, dan lebih memukau. Selamat
membaca!
***
Enola. Gadis dengan separuh darah vampir di
tubuhnya. Ia lahir dari sang penguasa suku gelap dan keturunan penguasa suku
terang. Ibunya yang terlahir sebagai suku terang meninggal sejak melahirkan
Enola.
Laurel. Seorang suku terang yang menjadi kekasih Enola. Selalu berada di sisi gadis itu dan menolong Enola di saat paling genting.
Setelah mengetahui bahwa ayahnya adalah sang penguasa suku gelap dan ibunya adalah keturunan penguasa suku terang, Enola memutuskan untuk menerima takdirnya. Setelah peristiwa di rumah pantai yang hampir saja merenggut nyawanya sekaligus menyulut kemurkaan ayahnya, Enola, Laurel dan Mr. Worthington memutuskan untuk pindah dari Forks. Laurel memutuskan untuk meniti karier sedangkan Enola memutuskan untuk bekerja bersama dengan Tuan Stern untuk mengurusi barang-barang antik kesayangan pria tua itu.
Enola mendapat kesenangan baru dengan membantu pria tua itu. Tapi disamping itu, ia juga sering menghabskan waktu bersama dengan ayahnya. Enola juga sering kali merasakan sesuatu yang dingin sering kali mengikutinya. Hingga kenyataan tentang kehidupannya dahulu di Forks mencuat ke permukaan. Tokoh Bella, Charlie dan keluarga Cullen adalah tokoh imaginasi yang sengaja dibuat untuk membantu Enola beradaptasi dengan kekuatannya hingga membuat gadis itu seperti dibohongi dan dibodohi. Enola mulai mengeluarkan kekesalannya pada Laurel dan ia mulai berbicara dengan ayahnya dari jauh. Ia marah pada ayahnya karena melakukan hal sejauh itu.
Tapi kemarahan Enola tidak bertahan lama. Saat Tuan Stern meninggal pun, Enola masih sering menghabiskan waktunya di rumah megah pria tua itu untuk sekedar membersihkankannya. Tuan Stern dikuburkan di halaman rumah menghadap ke matahari terbit dengan sebuha pohon rindang menaunginya. Dan di sana, ia justru bertemu dengan salah satu suku gelap yang terlihat mengamati rumah tuan Stern. Ia mempunyai kekuatan untuk menduplikasi kekuatan lawan. Dan dia adalah Kay. Kay yang menemani Enola di hutan Forks dulunya. Kay dikirianya meninggal setelah pertarungannya dengan kesatria malam saat itu.
Trey, sang Pangeran Senja penerus tahta Penguasa Malam, sadara Enola diketahu sedang mengasingkan dirinya sendiri atas apa yang dilakukannya di masa lalu. Hingga saat keadaan genting menghadap dimana Sang Penguasa Malam diculik oelh pihak pemberontak. Meranie, ibu tiri Enola memberitahukan hal itu dan berusaha menemui Enola dengan pengintaian dan pengejaran atas dirinya oleh Prajurit kegelapan. Prajurit Kegelapan adalah Kesatria Malam yang membelot. Dan mereka berada di bawah pimpinan prajurit Neal.
Para Prajurti Kegelapan itu mulai mengendus Meranie dan pengepunan terjadi di rumah tan Stern. Rumah itu sendiri seakan menyimpan sejuta misteri. Mulai dari lorong gelap rahasia yang ada di kamar Tuan Stern hingga pelindung besi yang tiba-tiba muncul di setiap jendela dan pintu sehingga Prajurit Kegelapan tidak menembus rumah itu. Tapi, malah Enola lah yang memutuskan untuk keluar dan bersiap menghadapi para prajurit itu. Tapi, saat sudah bersiap bertarung karena kemarahan dalam dirinya setelah melihat jasad Tuan Stern yang dilempar dari liangnya, pemimpin prajurit kegelapan sendiri meminta prajuritnya mundur dan mengatakan ia harus membawa kekuatan yang cukup besar untuk melawan seorang Putri Fajar.
Pentasbihannya sebagai Putri Fajar membuat Enola tidak menyangka akan melewati berbagai proses yang menimbulkan rasa sakit sekaligus perih tak terhingga. Hanya beberapa saat saja, dan saat itu, seluruh suku terang dan suku gelap yang masih setia pada Sang Penguasa Malam berlutut di hadapan Enola. Saat itulah, ia merasakan akan membawa beban yang sangat berat di pundaknya. Enola menemukan Trey, tapi dalam kondisi yang tidak sama.
Lalu, apa hubungan Trey dan Kay dan Enola?
Kenapa Kay seakan-akan ingin menghabisi Trey bahkan bersedia menyakiti Enola jika gadis itu menghalanginya?
Lalu, bagaimana nasib Sang Penguasa Malam?
Seri kedua trilogi Enola ini membuat saya sendiri terperangah. Nggak tahu harus bilang apa. Sama seperti seri sebelumnya, seri ini juga berhasil membuat saya harus memberikan dua jempol untuk penulis karena mampu menciptakan cerita yang begitu hidup.
Untuk covernya, suasana gelap justru makin tercipta dan tergambar dari covernya. Karena memang di sinilah puncak semua masalah suku gelap diceritakan. Pemilihan warna dan ilustrasi cover cukup dengan menggambarkan semua inti dari cerita yang disampaikan penulis. Lorong gelap yang dimaksud sendiri merupakan tempat petualangan baru untuk Enola telusuri, dan semuanya sudah tepat sasaran.
Untuk tata letak isi, saya cukup suka dengan hal itu dan membuat saya nyaman saat membaca. Untuk settingnya di sini ada perubahan. Karena sosok Enola sudah meninggalkan kota Forks. Semua penggambaran detail tempat serasa dapet aja pas dibaca. Pembangunan karakter tokoh sendiri juga cukup mengesankan. Karena ini adalah buku trilogi, jadi kesannya cerita itu to be continued dan tokohnya yang itu-itu saja. Walaupun memang ada beberapa tokoh yang di selipkan untuk membangun cerita yang lebih utuh lagi. Cukup menyenangkan mengikuti pembangunan karakter tokoh di buku kedua ini.
Porsi untuk masing-masing tokoh cukup jelas, walau agak kecewa karena porsinya Trey sedikit, sama kayak buku pertama. Dan lagi-lagi Kay yang paling menonjol dibanding Kay di cerita ini. Sebenarnya itu sih tidak masalah, karena memang dasar cerita yang disampaikan sudah ditakar matang-matang oleh penulis sehingga menciptakan buku yang tidak hanya untuk dibaca, taapi untuk dinikmati oleh pembacanya. Pembaca kalau Cuma baca aja terus nggak dapet feelnya, kan, nggak enak, yah? Ya iyalah.
Untuk konflik yang dipilih kali ini sudah menjerumus ke puncak konflik yah. Di sini penulis sudah berani mengambil satu langkah untuk membuka setiap rahasia tergelap dari masing-masing tokoh. Untuk buku ini, pembangunan konfliknya benar-benar tersampaikan dengan baik ke pembaca. Saya saja sambil baca sambil berusaha bayangin, gini yah kalau Enola lagi bertarung sama prajurit kegelapan. Dan tokoh puncak juga udah di tunjukkin di buku ini, tapi perannya lebih penting di buku terakhir trilogi Enola. Well done, untuk penulis karena sudah berhasil melalui tahap ini.
Untuk pemilihan endingnya sih cukup bisa buat penasaran untuk baca buku berikutnya. Mungkin itu cukup menggambarkan endingnya. Bukannya nggak mau cerita atau komentar tentang endingnya, tapi nanti kalau terlanjut cerita, takutnya spoiler lagi. Hiks..., hikss,, !
Tapi masih banyak sih typo di buku ini, terus kesalahan penulisna kalimat. Penempatan titik dan tanda kutip juga. Tapi, sejauh itu sih, aku nikmatin banget buku ini. Gini yah, kalau memang doyan buku genre kayak gini...,
I give 4 star for this book.
Laurel. Seorang suku terang yang menjadi kekasih Enola. Selalu berada di sisi gadis itu dan menolong Enola di saat paling genting.
***
Setelah mengetahui bahwa ayahnya adalah sang penguasa suku gelap dan ibunya adalah keturunan penguasa suku terang, Enola memutuskan untuk menerima takdirnya. Setelah peristiwa di rumah pantai yang hampir saja merenggut nyawanya sekaligus menyulut kemurkaan ayahnya, Enola, Laurel dan Mr. Worthington memutuskan untuk pindah dari Forks. Laurel memutuskan untuk meniti karier sedangkan Enola memutuskan untuk bekerja bersama dengan Tuan Stern untuk mengurusi barang-barang antik kesayangan pria tua itu.
Enola mendapat kesenangan baru dengan membantu pria tua itu. Tapi disamping itu, ia juga sering menghabskan waktu bersama dengan ayahnya. Enola juga sering kali merasakan sesuatu yang dingin sering kali mengikutinya. Hingga kenyataan tentang kehidupannya dahulu di Forks mencuat ke permukaan. Tokoh Bella, Charlie dan keluarga Cullen adalah tokoh imaginasi yang sengaja dibuat untuk membantu Enola beradaptasi dengan kekuatannya hingga membuat gadis itu seperti dibohongi dan dibodohi. Enola mulai mengeluarkan kekesalannya pada Laurel dan ia mulai berbicara dengan ayahnya dari jauh. Ia marah pada ayahnya karena melakukan hal sejauh itu.
Tapi kemarahan Enola tidak bertahan lama. Saat Tuan Stern meninggal pun, Enola masih sering menghabiskan waktunya di rumah megah pria tua itu untuk sekedar membersihkankannya. Tuan Stern dikuburkan di halaman rumah menghadap ke matahari terbit dengan sebuha pohon rindang menaunginya. Dan di sana, ia justru bertemu dengan salah satu suku gelap yang terlihat mengamati rumah tuan Stern. Ia mempunyai kekuatan untuk menduplikasi kekuatan lawan. Dan dia adalah Kay. Kay yang menemani Enola di hutan Forks dulunya. Kay dikirianya meninggal setelah pertarungannya dengan kesatria malam saat itu.
Trey, sang Pangeran Senja penerus tahta Penguasa Malam, sadara Enola diketahu sedang mengasingkan dirinya sendiri atas apa yang dilakukannya di masa lalu. Hingga saat keadaan genting menghadap dimana Sang Penguasa Malam diculik oelh pihak pemberontak. Meranie, ibu tiri Enola memberitahukan hal itu dan berusaha menemui Enola dengan pengintaian dan pengejaran atas dirinya oleh Prajurit kegelapan. Prajurit Kegelapan adalah Kesatria Malam yang membelot. Dan mereka berada di bawah pimpinan prajurit Neal.
Para Prajurti Kegelapan itu mulai mengendus Meranie dan pengepunan terjadi di rumah tan Stern. Rumah itu sendiri seakan menyimpan sejuta misteri. Mulai dari lorong gelap rahasia yang ada di kamar Tuan Stern hingga pelindung besi yang tiba-tiba muncul di setiap jendela dan pintu sehingga Prajurit Kegelapan tidak menembus rumah itu. Tapi, malah Enola lah yang memutuskan untuk keluar dan bersiap menghadapi para prajurit itu. Tapi, saat sudah bersiap bertarung karena kemarahan dalam dirinya setelah melihat jasad Tuan Stern yang dilempar dari liangnya, pemimpin prajurit kegelapan sendiri meminta prajuritnya mundur dan mengatakan ia harus membawa kekuatan yang cukup besar untuk melawan seorang Putri Fajar.
Pentasbihannya sebagai Putri Fajar membuat Enola tidak menyangka akan melewati berbagai proses yang menimbulkan rasa sakit sekaligus perih tak terhingga. Hanya beberapa saat saja, dan saat itu, seluruh suku terang dan suku gelap yang masih setia pada Sang Penguasa Malam berlutut di hadapan Enola. Saat itulah, ia merasakan akan membawa beban yang sangat berat di pundaknya. Enola menemukan Trey, tapi dalam kondisi yang tidak sama.
Lalu, apa hubungan Trey dan Kay dan Enola?
Kenapa Kay seakan-akan ingin menghabisi Trey bahkan bersedia menyakiti Enola jika gadis itu menghalanginya?
Lalu, bagaimana nasib Sang Penguasa Malam?
***
Seri kedua trilogi Enola ini membuat saya sendiri terperangah. Nggak tahu harus bilang apa. Sama seperti seri sebelumnya, seri ini juga berhasil membuat saya harus memberikan dua jempol untuk penulis karena mampu menciptakan cerita yang begitu hidup.
Untuk covernya, suasana gelap justru makin tercipta dan tergambar dari covernya. Karena memang di sinilah puncak semua masalah suku gelap diceritakan. Pemilihan warna dan ilustrasi cover cukup dengan menggambarkan semua inti dari cerita yang disampaikan penulis. Lorong gelap yang dimaksud sendiri merupakan tempat petualangan baru untuk Enola telusuri, dan semuanya sudah tepat sasaran.
Untuk tata letak isi, saya cukup suka dengan hal itu dan membuat saya nyaman saat membaca. Untuk settingnya di sini ada perubahan. Karena sosok Enola sudah meninggalkan kota Forks. Semua penggambaran detail tempat serasa dapet aja pas dibaca. Pembangunan karakter tokoh sendiri juga cukup mengesankan. Karena ini adalah buku trilogi, jadi kesannya cerita itu to be continued dan tokohnya yang itu-itu saja. Walaupun memang ada beberapa tokoh yang di selipkan untuk membangun cerita yang lebih utuh lagi. Cukup menyenangkan mengikuti pembangunan karakter tokoh di buku kedua ini.
Porsi untuk masing-masing tokoh cukup jelas, walau agak kecewa karena porsinya Trey sedikit, sama kayak buku pertama. Dan lagi-lagi Kay yang paling menonjol dibanding Kay di cerita ini. Sebenarnya itu sih tidak masalah, karena memang dasar cerita yang disampaikan sudah ditakar matang-matang oleh penulis sehingga menciptakan buku yang tidak hanya untuk dibaca, taapi untuk dinikmati oleh pembacanya. Pembaca kalau Cuma baca aja terus nggak dapet feelnya, kan, nggak enak, yah? Ya iyalah.
Untuk konflik yang dipilih kali ini sudah menjerumus ke puncak konflik yah. Di sini penulis sudah berani mengambil satu langkah untuk membuka setiap rahasia tergelap dari masing-masing tokoh. Untuk buku ini, pembangunan konfliknya benar-benar tersampaikan dengan baik ke pembaca. Saya saja sambil baca sambil berusaha bayangin, gini yah kalau Enola lagi bertarung sama prajurit kegelapan. Dan tokoh puncak juga udah di tunjukkin di buku ini, tapi perannya lebih penting di buku terakhir trilogi Enola. Well done, untuk penulis karena sudah berhasil melalui tahap ini.
Untuk pemilihan endingnya sih cukup bisa buat penasaran untuk baca buku berikutnya. Mungkin itu cukup menggambarkan endingnya. Bukannya nggak mau cerita atau komentar tentang endingnya, tapi nanti kalau terlanjut cerita, takutnya spoiler lagi. Hiks..., hikss,, !
Tapi masih banyak sih typo di buku ini, terus kesalahan penulisna kalimat. Penempatan titik dan tanda kutip juga. Tapi, sejauh itu sih, aku nikmatin banget buku ini. Gini yah, kalau memang doyan buku genre kayak gini...,
I give 4 star for this book.
0 komentar:
Posting Komentar