Pages

Review Our Story By Orizuka



Judul                           :  Our Story
Penulis                         :  Orizuka
Penyunting                  :  Agatha Tristanti
Penata letak                 :  Tedy Hanggara
Desain sampul             :  Tedy Hanggara
Foto                             :  Chusnul Khairuddin
Penerbit                       :  Authorized Books
Terbit                           :  2010
Tebal                           :  240 hlm
ISBN                           :  978-602-968-94-1-9





Synopsis :

Masa SMA.

Masa yang selalu disebut sebagai masa paling indah,
Tapi tidak bagi anak-anak SMA Budi Bangsa.

SMA Budi Bangsa adalah sebuah SMA di pinggiran ibukota,
yang terkenal dengan sebutan SMA pembuangan sampah
karena segala jenis sampah masyarakat ada di sana.

Preman. Pengacau. Pembangkang. Pembuli. Pelacur.
Masuk dan pulang sekolah sesuka hati.
Guru-guru honorer jarang masuk dan memilih mengejar di tempat lain.
Angka drop out jauh lebih besar daripada yang lulus.

Sekilas, tidak ada masa depan bagi anak-anak SMA Budi Bangsa,
bahkan jika mereka menginginkannya.

Masa SMA bagi mereka hanyalah sebuah masa suram
yang harus segera dilewati.

Supaya mereka dapat keluar dari status ‘remaja’ dan menjadi ‘dewasa’.
Supaya tak ada lagi orang dewasa yang bisa mengatur mereka.
Supaya mereka akhirnya bisa didengarkan.


Ini, adalah cerita mereka.

***

Yasmine. Siswi pindahan dari Amerika yang salah masuk sekolah. Ia harusnya sekolah di sekolah unggulan Bukti Bangsa. Tapi, ia justru di daftarkan di SMA Budi Bangsa yang terkenal sebagai TPS.

Ferris. Ketua OSIS sekaligus satu-satunya orang normal yang ditemui Yasmine di SMA Budi Bangsa. Ia adalah anak seorang konglomerat. Tapi datang ke SMA Budi Bangsa untuk satu misi.

Sisca. Siswi sekaligus cewek yang dijuluki pecun kelas teri. Memiliki masalah dengan keuangan dan sindrome yang melulu tentang Nino.

Mei. Siswi sekaligus pecun kelas satu di kelas Yasmine. Memiliki alasan sendiri terhadap jalan hidup yang dipilihnya.

Nino. Cowok nomor satu di SMA Budi Bangsa. Ketua geng sekaligus orang yang ditakuti siswa dan guru. Paling anti sama yang namanya ‘Narkoba’.

***

Cerita ini berawal dari sosok Yasmine yang sebelumya tinggal di Amerika mengikuti ayahnya setelah orangtuanya bercerai kemudian memutuskan kembali ke Indonesia karena ibunya yang sedang sakit. Ia tidak bisa berpikir jernih setelah mendengar kabar itu. Ia pun memutuskan untuk menemani ibunya. Salah satu alasannya meninggalkan Amerika juga karena di sana, ia memiliki kenangan buruk. Bahkan di sekolahnya dulu, yaitu di salah satu sekolah elit di Manhattan, ia merasa terasingkan.

Tapi sekarang, saat ayahnya mengatakan ia bersekolah di sekolah terbaik, ia justru terjebak di salah satu sekolah yang antah berantah. Saat diantar supir teman ayahnya, ia tidak tahu ia akan dibawa ke mana. Supir yang mengantarnya juga tida habis pikir kalau Yasmine akan bersekolah di sekolah seperti ini. Budi Bangsa? Bukannya ayahnya mengatakan bahwa ia akan bersekolah di Bukti Bangsa? Berarti, supir yang bernama Haryo itu salah mendaftarkannya masuk ke sekolah ini.

Yasmin mendapati sekolah itu seperti bukan sekolah. Pintu masuknya hanya sebuah ceruk sempit. Papan nama sekolah yang tergantung juga sudah karatan. Dan, ya ampunnn,,, itu hanya bangunan berlantai satu yang tidak terawat. Di lapangan sekolah yang gersang, ia bertemu dengan sekumpulan anak laki-laki berseragam sekolah yang terlihat lebih seperti preman. Salah satu anak lelaki membawa tongkat baseball yang mungkin adalah ketua anak-anak itu. Ia mendekati Yasmine dan bertanya sesuatu yang disambut Yasmine dengan tatapan takut sekaligus nyeri. Dan saat itu Yasmine tahu, bahwa ia benar-benar akan melalui hari-hari yang berbeda di sekolah ini.

Dan seperti yang dikatakan pria yang ditemuinya dilapangan tadi, ia berada sekelas dengan kumpulan tadi. Dan buruknya, ia ternyata harus duduk bersama dengan ketua geng tadi yang bernama Nino. Kelas itu lebih seperti tempat santai dibanding tempat untuk belajar. Bagaimana tidak, dari sekian banyak orang, Yasmine hanya melihat satu orang saja yang terlihat normal. Ferris. Laki-laki itu kemudian memberikan jadwal pelajaran pada Yasmine yang melongon saat melihat anak-anak lain mulai keluar ruangan. Ferris menjelaskan bahwa mereka memang jarang belajar karena guru-guru terkadang datang sesuka hati mereka. Lain lagi suasana kelas yang super sibuk sendiri. Ada yang menatap Yasmine sinis yang tidak lain kumpulan perempuan yang diketuai anak bernama Sisca.

Yasmine sebenarnya ingin mengatakan yang sebenarnya pada kepala sekolah bahwa ia salah di daftarkan di sekolah itu. Tapi mendadak setelah melihat semua biaya masuknya ke sekolah itu sudah dibelanjakan, ia harus menelan ludahnya karena ia tidak mungkin kembali meminta uang kepada ayahnya untuk pindah sekolah. Jadi di sinilah ia sekarang di tengah anak-anak yang di sebut sampah masyarakat oleh kebanyakan orang. Ada pelacur, preman, pembuli, pembangkang dan pengacau. Kebanyakan yang bersekolah di sekolah itu adalah anak-anak yang tidak diterima di sekolah lain.

Sisca adalah salah satu orang yang jelas-jelas menebarkan aura permusuhan pada Yasmine. Dan secara terbuka juga, ia mengatakan bahwa ia tidak suka Yasmine berada di dkat Nino. Karena Nino hanya pantas untuknya. Tentu saja Yasmine ngeri melihatnya. Apalagi saat Sisca dan teman-temannya hendak memangkas semua rambutnya yang membuat gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi Mei, salah satu teman kelasnya dan merupakan satu-satunya orang yang bisa membuat Sisca berhenti, datang untuk membantunya. Barulah setelah Sisca dan teman-temannya pergi, Yasmine mulai terisak dan muntah-muntah. Itu semua dikarenakan Yasmine menderita anoreksia. Gangguan makan yang berupa pengurangan porsi makan secara sengaja.

Ferris dan Mei yang tahu akan hal itu akhirnya mengerti setelah Sisca memamerkan foto masa lalu Yasmine yang memiliki tubuh yang besar. Yasmine selama ini memang sengaja mengurangi porsi makannya supaya bisa tetap kurus. Ia tidak ingin orang-orang kembali mengejeknya dan mengatainya buruk. Pengalaman buruk itu cukup terjadi di masa lalu saja. Ia tidak ingin semuanya kembali terjadi.

Lain lagi dengan Mei yang selama ini melakukan pekerjaan kotor hanya untuk sesuatu yang sangat penting untuknya. Sesuatu yang tidak akan pernah digantikan dengan apapun di dunia ini. Ia tidak marah saat teman-temannya memanggilnya pecun, karena memang itu adalah kenyatannya. Ia hanya menanggapinya santai. Tapi ketika sebuah tawaran dari orang yang bisa membuat jantungnya berdebar, ia bingung dengan keputusan yang harus diambilnya. Apakah ia harus menerika tawaran orang itu, atau tetap hidup seperti biasa dengan harapan menjaga satu-satunya miliknya yang paling berharga?

Sisca. Pecun kelas teri yang setidaknya masih memiliki kasih sayang di hatinya. Dan kasih sayangnya itu hanya ditujukan untuk seorang Nino. Gadis itu seakan tidak rela jika Yasmine yang seorang anak baru bisa menarik perhatian Nino. Pribadi Sisca yang selalu ingin mendapatkan apa yang ia mau membuatnya harus memilih pekerjaan kotor itu. Bahkan ia tidak mengindahkan usaha ayahnya untuk memberinya uang dari kerja kerasnya untuk membayar uang sekolahnya. Ayahnya terus saja mendapat penolakan karena Sisca memandang rendah uang yang diberikan ayahnya.

Ferris. Lak-laki super sempurna yang ada di SMA Budi Bangsa. Seorang anak konglomerat yang dengan alasannya sendiri sehingga memilih sekolah yang dijuluki TPS itu. Di sana, ia bertemu dengan Yasmine yang selalu berusaha ceria dan terlihat bersemangat. Ia juga satu-satunya gadis yang berani mengentikan Nino saat ingin memberi hukuman pada anggota gengnya. Ferris selalu peduli dengan sesuatu yang berhubungan dengan Nino. Dan sebaliknya, Nino, seakan tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Ferris. Sebongkah kenyataannya nyatanya memutuskan jembatan penghubung dunia mereka.

Nino. Setiap bulannya ia selalu menerima amplop uang dari orang di masa lalunya. Nino ingin menghentikan semuanya karena rasa bersalah yang kemudian menderanya. Terlebih ketika ayahnya yang harusnya dihukum lima tahun penjara karena narkoba tiba-tiba muncul di rumahnya dua tahun lebih awal. Ia dibebaskan bersyarat karena kelakuan baiknya. Tapi Nino tahu laki-laki itu tidak akan berubah. Nino memutuskan untuk pergi dari rumahnya semnatar waktu. Dan kenyataan kembali terulang saat mendapati ayhnya tengah pesta narkoba di rumahnya. Nino pun harus mengambil keputusan untuk hal ini. Membiarkannya..., atau mulai bertindak.

Ini adalah kisah mereka. Kisah anak-anak SMA Budi Bangsa dengan segala kenyataan hidup yang harus mereka lalui. Kisah tentang perjuangan melawan ketakutan terhadap diri sendiri, kisah tentang pengorbanan yang dilakukan untuk sesuatu yang lebih berharga, kisah tentang persahabatan yang tidak pernah menemukan titik terangnya, kisah tentang manisnya kerja keras, kisah tentang beratnya untuk mengambil keputusan yang benar-benar benar. Kisah tentang perjuangan untuk menapaki masa depan yang lebih cerah yang dibalut dengan kenyataan dan kepahitan hidup.

***

Di mulai dari cover yang dengan paduan warna yang beragam. Warna-warna gelap yang dipilih juga sangat cocok dengan konsep cerita yang disampaikan penulis. Juga dengan ilustrasi baju sekolah, alat make up, tongkat baseball, cat semprot, alat tulis dan papan tulis sudah sesuai dengan cerita dari tokoh-tokoh cerita masing-masing.

Untuk settingnya sendiri dibangun begitu kuat hingga pembaca seakan bisa benar-benar menyaksikan setiap kejadian dan peristiwa dalam cerita. Penulis begitu detail dalam mendeskripsikan setiap bagian cerita sehingga memberikan pembaca kenyamanan.

Pembagian karakternya sendiri mungkin cukup baik. Dimulai dari cerita Yasmine, Ferris, Mei, Sisca, Nino sampai pada sosok Bowo, Yudhis, Anwar dan Rendi serta Andre. Mereka punya bagian sendiri dalam cerita. Untuk karakter tokoh sendiri dibangun begitu kuat. Di setiap permasalah para tokoh, sikap dan watak tokohny hingga rahasia yang ada dibalik seua itu juga cocok dengan konsep ceritanya.

Aku juga suka tata letak ini dalam buku ini yang simple dan nggak bikin pusing. Untuk typo  sendiri, saya mungkin karena keasyikan baca sehingga tidak menyadari kehadiran yang satu itu. Tapi mungkin juga nggak ada.

Mungkin di sini penulis bisa menjelaskan sedikit detail tentang pertemuan Nino dan orang tua Ferris dan adegan masalah yang harus mereka selesaikan juga mungkin perlu di ekspos sedikit. Jadinya kan mungkin akan lebih baik. Walaupun sosok Nino sudah mengambil laih cerita kejadian itu, kita tidak tahu bagaimana pandangannya dari pihak orangtua Ferris.

I give 4,2 star for this book.





0 komentar:

Posting Komentar