Pages

Review Sott'er Celo de Roma By Donna Widjajanto



Judul                                       :  Sott’er Celo de Roma
Penulis                                     :  Donna Widjajanto
Penyunting                              :  Dila Maretihaq Sari
Perancang & ilustrasi sampul  :  Nocturvis
Ilustrasi isi                               :  Arya Zendy, Belinda C.H., dan Itsna Hidayatun
Pemeriksa aksara                     :  Intan & Fitriana
Penata aksara                          :  Arya Zendy & Gabriel
Penerbit                                   :  Bentang Belia
Terbit                                       :  April 2013
Tebal                                       :  viii + 228 hlm
ISBN                                       :  978-602-9397-99-4





Synopsis :

Bertemu Rama di Roma.
Ngobrol banyak sama dia, tentang masa depan,
seni, dan arti hidup.
Rasanya, seperti ditampar bolak-balik.
Ditemani indahnya bangunan-bangunan eksotis
di Roma, melewati tapak-tapak jalan
khas Italia. Perjalanan yang nggak bakal
aku lupain seumut hidup.
Zetta.


Kukira, dia bakalan asyik banget diajak jalan,
daripada gue ngikutin rombongan tante-tante
Eh, tahunya manja banget, anak mami.
Tapi, tunggu, lama-lama anak ini
bikin gue jadi mikir.
Apa gue yang kelewat cuek?
Liar, mungkin? Apa ini saatnya gue
butuh seseorang yang melengkapi guw, yah?
Hahaha, jadi ngarep.
Rama.

***

Zetta. Gadis yang nggak pernah sekali pun pergi sendiri tanpa ditemani seseorang. Seorang mahasiswi sekaligus pecinta tempat eksotis. Terjebak di salah satu sudut kota Roma bersama dengan seorang bernama Rama.

Rama. Mahaswa jurusan Psikologi. Beranggapan bahwa ia akan gampang menjalani profesinya sebagai wartawan kelak saat ia tahu watak semua orang. Terjebak di salah satu sudut kota Roma bersama dengan seorang bernama Zetta.

***

Semuanya berawal dari perjalanan tur belanja ibu-ibu dengan keuangan yang memadai. Melakukan perjalan ke beberapa tempat untuk berbelanja. Dan banyak diantara mereka yang mengajak serta suaminya, anaknya, keponakannya dan orang-orang terdekat. Tapi ada juga salah satu dari mereka yang tidak menyadari sesuatu yang penting karena terlalu asyik berbelanja.

Bu Sisil. Adalah ibu dari Zetta, seorang gadis yang tidak pernah terpisah dari ibunya sendiri sejak kepergian adiknya, Abi, untuk selamanya. Zetta yang terlalu terpukau dengan keindahan dan kemegahan Pantheon lupa akan rombongan yang datang bersamanya ke tempat itu. Dan saat gadis itu menyadari bahwa ia tertinggal, ia buru-buru mencari rombongan ibu-ibu yang mungkin bisa dibilang shopaholic brand terkenal.

Tapi Zetta harus menghela nafas panjang saat tidak ada tanda-tanda bahwa rombongan itu masih berada di sekitar Pantheon. Dia mulai berjalan sendiri di luar Pantheon. Melihat musisi jalanan dan keindahan secuil kecil dari kota bersejarah itu. Dan ditengah kebingungan karena tidak biasa jalan sendiri di tempat yang cukup asing, Zetta bertemu dengan Rama-keponakan bu Rita yang menjadi teman satu rombongan ibunya Zetta. Laki-laki itu sendiri memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri ketimbang mengikuti rombongan ibu-ibu untuk memasuki butik-butik ternama satu persatu.

Di sinilah semuanya dimulai. Perjalanan menyusuri Roma oleh dua orang anak manusia, Zetta dan Rama. Menjelajahi tempat-tempat eksotis dengan bekal sebuah peta dan pengetahuan Rama tentang Roma. Zetta menceritakan semuanya pada Rama mengenai dirinya yang tertinggal oleh rombongan, hp yang lupa di-charge sampai dollar yang ditukar dengan euro. Rama pun menawari Zetta untuk menjelajahi Roma sambil sambil mencari rombongan tur yang bersama mereka sebelumnya.

Di sisi lain, suasana kecemasan muncul saat bu Sisil-ibunya Zetta, menyadari bahwa anaknya tidak ada dalam rombongan. Ia mulai mencari-cari Zetta, mengomeli Agus-pemandu wisata mereka dan juga merepotkan semua rombongan dengan usaha pencarian Zetta. Di sudut lain kota, Zetta dan Rama justru sedang mencoba untuk mencari rombongan tur mereka ke tempat-tempat yang mungkin saja mereka datangi. Tidak susah mencari kemana tujuan mereka. Mereka paling tidak ke tempat belanja, butik bahkan toko-toko yang menjual sepatu dan tas dengan brand terkenal.

Hingga Zetta dan Rama akhirnya kembali ke hotel dan bertemu dengan bu Sisil, bu Yasmine dan pak Totok yang sudah tampak cemas. Semuanya terjadi begitu cepat. Omelan bu Sisil yang ia layangkan pada sosok Zetta, dan juga pada Rama. Mengatai laki-laki itu sesuatu yang tidak seharusnya dikatakan orang dewasa yang sudah  bisa berpikir rasional. Dan pada nyatanya, Zetta yang muak dengan semua itu kembali mencari Rama dan meninggalkan ibunya di hotel bersama bu Yasmine.

Di sinilah perjalanan dan penjelajahan eksotis yang sebenarnya dimulai. Menjelajahi Piazza della Rotonda, Pazza di Spagna, Fontana di Trevi, Fontana dei Quattro Fiumi, Forum Romanum, hingga Colloseum. Pertemuannya dengan Andi dan Arya yang seorang lulusan kedokteran dan siap menunggu penempatannya. Mereka berempat melalui setiap penjelajahan sudut kota Roma dengan berbagai cerita. Cerita soal museum, pengetahuan-pengetahun tentang rumah sakit hingga cerita kuno dan berujung pada kejadin Zetta yang kecopetan.

Lalu seperti apa kemudian perjalanan Zetta dan Rama menjalajhi setiap sudut kota Roma yang penuh cerita?

Dan bagaimana pula Zetta akhirnya menemui titik terang masalahnya dengan sang ibu?

***

Cover dengan desain Roma banget. Jalanan kota Roma beserta canopi dan juga desain rumah, toko atau butoik yang memang Roma banget desainnya. Perpaduan warnanya juga cukup serasi dan enak dipandang. Dan pemilihan judulnya juga nggak biasa banget. Pokoknya ini covernya udah Roma banget lah. Sejujurnya, udah lama banget pengen baca novel ini, tapi baru kesampaian sekarang setelah dikasih sama penulisnya langsung. Makasih banyak mbak Donna untuk buntelan bukunya.

Tata letak isi dan desainer isi juga udah bagus banget. Ada ilustrasi seperti pen kecil  dan lainnya di setiap bab baru. Juga buku ini di desain seperti sebuah jurnal. Ini seperti buku perekat buku yang menhubungkan tiap lembaran kisah yang tertuang di dalam novel. Pemilihan settingnya sendiri, Roma. Kota yang memang punya sejarah sendiri di tiap sudut kotanya. Bangunan-bangunan yang eksotis serta kemegahan bangunan membuat kita seakan benar-benar merasakan dan melihat sendiri keindahan kota Roma dari Setting yang dibangun penulis.

Pembagian karakter tokoh utama sendiri bisa dibilang cukup baik. Ini ceritanya teenlit banget kalau menurut aku. Tapi bukan sekedar cerita anak remaja yang ngeh-ngeh gimana gitu. Pembangunan karakter tokoh juga dimulai perlahan. Dimulai dari sosok yang nggak terlalu bisa mengambil keputusan hingga ia bisa mengambil keputusannya sendiri. Mulai menjajaki kehidupannya sendiri dan menjadi pengambil keputusan pada hidupnya. Juga sosok-sosok yang tidak kalah penting yang membuat ceritanya dibangun dengan baik.

Untuk konfliknya sendiri mungkin di sini yang agak kurang. Konflik pisah dari rombongan dan konflik keluarga dan percintaan. Hanya berputar pada itu saja. Nggak ada yang bikin dag dig dug banget konfliknya. Padahal salah satu titik keberhasilan suatu cerita itu menurut aku tergantung dari konflik yang cob di bangun oleh penulis. Walaupun sebetulnya untuk kategori teenlit, konfliknya ini sudha standar. Poin plusnya di sini justru ada pada pendeskripsian kota Roma itu sendiri. Petualangan tokohnya dan pengetahuan tentang kota Roma yang disampaikan penulis cukup berhasil membuat saya takjub. Detailnya tersampaikan begitu detail.

So far sih, novelnya asik untuk dinikmati. Karena konfliknya yang kurang ngess itu, aku kasih 3,3 bintang untuk buku ini.





1 komentar:

Rosiy Wibisono mengatakan...

Hi fellas,
Yuk mampir di blog aku yaaa: http://gebrokenruit.blogspot.com/
Makasih;)

Best Regards,
Rosiy

Posting Komentar