Judul : Warna Hati
Penulis : Sienta Sasika Novel
Editor : Anin Patrajuangga
Desainer cover & Ilustrasi :
Lisa Fajar Riana
Penata isi : Lisa Fajar Riana
Penerbit : Grasindo
Terbit : 2014
Tebal : viii + 203
ISBN : 978-602-251-435-0Synopsis :
Setiap cinta akan menggoreskan warna sendiri,
tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat kita memilih satu diantara dua
hati. Mereka memiliki ruangnya sendiri, memiliki waktunya sendiri, dan memiliki
lintasannya sendiri.
Kita pun tidak akan mampu memilah cinta mana
yang akan menghembuskan rona-rona kebahagiaan atau justru luka-luka yang akan
tegores. Ya, cinta terkadang seperti kembang gula terasa manis, tapi cinta yang
terkadang terasa getir.
Dan saat dihadapkan dengan luka, akankah cinta
tetap bertahan di tempatnya? Atau berlari menyusuri masa lalu dna kembali pada
hati yang dulu tidak ia pilih?
Namun, cinta bukan melulu tentang perasaan yang
meluap-luap, cinta juga bicara tentang keyakinan akan benang merah yang telah
mengikat.
***
Tavita. Perempuan yang bisa dikatakan sangat
baik. Merupakan orang berprestasi dan mampu melanjutkan pendidikannya ke luar
negeri. Di dekati oleh dua orang pria. Lando dan Razka.
Lando. Pria yang merupakan musisi ini adalah
seorang yang tidak kaya juga tidak miskin. Menjadi salah satu dari dua hati
yang dipilih Tavita. Seperti jingga, ia serupa senja yang selalu dinanti.
Razka. Pria yang cukup kaya, merupakan salah
satu laki-laki yang disukai orang tua Tavita. Merupakan satu dari dua pria yang
dipilihnya. Seperti biru, ia serupa langit biru yang selalu menenteramkan hati.
***
Jingga
“Karena jingga selalu menyisakan rindu yang di nanti setiap senja.”
Bercerita tentang Tavita dan Lando yang sedang
membangun bahtera rumah tangga. Tavita akhirnya menentukan pilihannya pada
sosok Lando yang menyatakan bahwa ia mungkin tidak bisa memberinya hadiah
seperti barang bermerek, tas mahal atau pun perhiasan mewah. Tapi ia berjanji
akan menyayangi Tavita dan dan memberikan kesetiannya pada dia seorang.
Saat menjatuhkan pilihan pada Lando, Razka yang
merupakan saingan Lando merasa terhina karena ia yang punya segalanya justru
kalah dari seorang seperti Lando. Orang tua Tavita pun terus menerus memaksa
anak mereka untuk memikirkan kembali keputusannya memilih Lando. Tapi Tavita
sudah memilih Lando sebagai pendamping ibunya.
Bahtera rumah tangga mereka jalani dengan
bahagia. Walaupun beragam cemooh dan hinaan tidak lansung meluncur dari bibir
ibu Tavita tentang sosok Lando yang hanya berprofesi sebagai musisi yang
berusaha untuk bisa berhasil. Rumah tangga mereka dijalani dengan sabar dan
ikhlas. Walau cemooh dan hinaan kerap kali terdengar di telinga mereka.
Tapi, semenjak sepupu Tavita yang menikah dengan
salah satu pebisnis sukses menemuinya dan mengajaknya keluar, Tavita merasa
dikhianati. Karena sepupunya itu hanya menjelek-jelekkan Lando dan membanggakan
suaminya yang bisa memberinya apa saja yang ia mau. Sedangkan suami Tavita
tidak bisa memberinya materi sebanyak itu. Tavita merasa jengah dan tidaka suka
dengan semua perkataan sepupunya. Semuanya ia ceritakan pada Lando, suaminya. Dan
laki-laki itu hanya bisa bersabar dan menenangkan istrinya.
Tapi, saat suatu perkara muncul, akankah Lando
masih bisa bertahan akan keputusan yang diambil Tavita?
Terlebih setelah pertemuannya kembali dengan
sosok Razka, akankah Tavita mulai berubah dan kembali pada sosok Razka?
Biru
“Karena langit tidak akan pernah kehilangan biru jika matahari masih
menyinari dunia.”
Tavita dan Razka menjalani keindahan rumah
tangga mereka. Tavita selalu jadi istri dan teman yang setia untuk Razka. Saat Razka
mulai membicarakan masalah pekerjaannya, Tavita akan menjadi pendengar yang
baik dan memberikan dukungannya pada sang suami. Ia juga sering membuatkan
makanan favorit untuk suaminya.
Tapi kabar buruk yang ia terima perlahan-lahan
mulai mengaburkan semua kenangan indahnya bersama razka. Suaminya itu kini
tengah terbaring di ranjang rumah sakit,
tepatnya di ICU. Di tempatnya menunggu yaitu di salah satu bangku panjang di
depan ruang ICU, di sana juga tengah berdiri seorang lelaki yang tampak cemas. Dan
dia..., Tavita merasa familiar dengan suaranya. Saat pria itu berbalik, barulah
ia bisa memasikan suara itu. Lando.
Lando sendiri juga tengah menanti kabar dari
istrinya yang juga di rawat di ruang ICU. Keduanya masing-masing sibuk setelah
saling menyapa ringan. Tapi kemudian mereka di pertemukan kembali karena sebuah
kenyataan. Suami Tavita ternyata tengah berkendara bersama istri Lando, Naura.
Polisi belum bisa memastikan siapa yang mengendarai mobil, jadi penyelidikan
hanya berhenti sampai disitu. Lando sendiri sering mencuri pandang pada Tavita
saat di kantor polisi.
Bebagai spekulasi berputar di benak Tavita. Mungkin saja Naura adalah rekan bisnis
Razka. Hanya itu yang bisa ditegaskan Tavita di dalam hati. Tapi perlahan-lahan,
kepingan puzzle yang begitu banyak berhasil menyampari Tavita untuk kemudian di
pecahkan. Mulai dari obrolan perempuan di sebuah minimarket, ocehan teman
lamanya tentang Naura, pengakuan Lando hingga kejadian yang ia sendiri alami
terkait suaminya.
Kenyataan yang bisa memporak-porandakan hatinya
hanya dalam satu kali tayangan berdurasi singkat itu. Kenyataan yang membuatnya
ingin membalas perlakuan suamianya dan supaya ia bisa merasakan kesakitan yang
begitu dalam.
Apakah Tavita masih akan mampu memaafkan Razka?
Ataukah, ia akan memulai misi balas dendamnya?
***
Saya bisa bilang sangat puas dengan novel mbak
Sienta kali ini.
Untuk covernya sendiri saya cukup suka dengan designnya dan warnanya. Perpaduan warna
dan font tulisan di cover juga enak
dilihat. Ilustrasi gambar hati dibagian bawah cover juga menambah kesan
berwarna di novel ini. Bercerita pengalaman dulu yah. Saat itu di account twitter dan FB mbak Sienta dulu
sempat ada acara event vote untuk cover novel ini. Dan jujur, saya lebih suka
cover yang satunya. Bukan cover resminya kayak sekarang. Terkesan lebih elegan.
Dan juga, saya pikir, jika ceritanya kayak gini ternyata, cover yang cocok tuh
rasanya yang satu itu.
Tapi semuanya kembali sama yang berhak menentukan
lah.
Untuk setting yang dipilih sendiri, untuk hal
ini mungkin penulis masih bisa mengembangkannya dengan baik. Contohnya saat di
rumah sakit. Mungkin bisa di deskripsiskan lebih lagi tentang keadaan di dalam
sana. contohnya bau obat yang tercium cukup kuat, lalu lalang pasien, perawat
dan dokter, obrolan-obrolan ringan dan sebagainya. Tapi penggambarannya cukup
bagus walau mungkin sebenarnya bisa lebih dikembangkan lagi.
Untuk pembagian karakter tokoh. Di sini, yang
jadi tokoh utama itu adalah Tavita. Sedangkan Lando dan Razka adalah pemeran
utama dalam cerita hidup mereka masing-masing. Saya suka pembagian kakarter
yang dilakukan mbak Sienta. Karena saya juga kerasan bacanya.
Untuk masing-masing tokoh sendiri memang
diciptakan dengan ciri khas masing-masing dengan segala kekurangan dan
kelebihannya. Tidak terlalu menomor satukan yang satu. Tapi di sini kesannya
semuanya sama rata.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa revienya kayak
diatas sih? Ada jingga ada biru? Ada juga mungkin yang sedikit
bingung. Saya sengaja me-reviewnya seperti itu. Dan saya juga sengaja tidak
menyelipkan prolog dan epilognya. Jadi untuk yang mau tahu
maksudnya, silahkan baca bukunya, yah.
Tata letak isinya sendiri juga suka dan desain
ini buku juga enak banget dilihat. Untuk pemilihan endignya, nggak nyangka
kalau bakalan kayak gitu. Sumpah, mimin sampai bingung sendiri, jujur. Tapi pas
mimin udah bisa lihat cahay lagi,
udah deh. Mimin langsung bikin reviewnya dan ngebagiin untuk kalian. Hahaha,,,
#Dijitak
Untuk buku mbak ini aku berani kasih bintang 4.
0 komentar:
Posting Komentar