Judul :
Confession
Penulis : Fakhrisina Rovieq
Penyunting :
Nilam Suri
Perancang sampul : Teguh Tri Erdyan
Penata letak isi : Teguh Tri Erdyan
Penerbit :
Ice Cube
Terbit : Maret 2014
Tebal : viii + 270 hlm.
ISBN : 978-979-91-0698-8Synopsis :
“Kak... terima kasih sebelumnya. Tapi... saya
gak akan pingsan kalau hanya berdiri dan dijemur di bawah matahari terik,”
jawabku jujur.
“Oh ya? Ya sudah, cepat habisin makanannya, saya
antar kamu kembali ke barisan,” serumu sambil memalingkan wajah yang mulai
memerah.
Alan Abimanyu. Senior kutu buku yang jenius dan
cakep. Aku da beratus siswa perempuan lainnya di sekolah ini langsung jatuh
hati ketika pertama kali melihatmu. Tapi, aku sedikit lebih beruntung karena
kita punya kenangan manis sewaktu MOS. Selain itu, kamu mirirp dengan teman
masa kecilku, Abi gendut. Tapi tidak mungkin, umur kita kan beda 2 tahun.
Lagian Abi yang kukenal itu anaknya lamban,
gendut, tapi suka banget tertawa. Beda dengan kamu yang cakep, pintar, dan
punya senyum denga n lesung di pipi kirimu. Well,
yang terakhir itu sebenarnya kamu mirip Abi.
Tanpa bisa dicegah, aku mulai membandingkan
dirimu dengan Abi. Mencari-cari kesamaan dan perbedaan kalian. Sampai akhirnya,
dirimu selalu ada dipikiranku. Sampai akhirnya, setiap melihatmu jantungku
berdebar lebih kencang. Sampai akhirnya sebuah kenyataan membuatku tak bisa
lagi menggapaimu.
***
Jill. Adalah seorang siswi baru di salah satu
SMA. Ia melewati masa MOS yang biasa-biasa saja. Sampai ia bertemu dengan
seniornya bernama Alan.
Alan. Laki-laki misterius. Sebenarnya nggak juga
sih, itu semua menurut Jill. Merupakan senior Jill dengan prestasi gemilang. Lalu?
***
Kisah Confession
Jill berawal dari agenda yang wajib
dijalani oleh setiap siswa baru di setiap sekolah SMP, SMA atau pun terkadang Perguruan
Tinggi. Kali itu, Jill sudah menghitung berapa temannya yang sudah ambruk
karena mungkin kondisi fisik yang memang lemah dari yang lainnya. Untuk
orang-orang yang fisiknya lemah, mungkin akan merasa tidak enak badan jika
dijemur di bawah terik matahari yang panasnya hingga ke tulang. Tapi, tidak
dengan Jill. Sebagai pemain sepak bola di sekolahnya dulu, gadis itu sudah
biasa dihadapkan dengan sinar matahari. Yang benar saja jika dia pingsan. Dia bisa
mempermalukan teman-teman klub sepak bolanya.
Namun berbeda dengan Alan. Seniornya yang satu
ini justru datang mendekatinya saat masih berdiri dibarisan setelah salah satu
peserta MOS kembali ambruk. Alan, senior yang cakep dengan kacamatanya dan
predikat sebagai orang jenius menghampirinya dan menariknya keluar dari
barisan. Dengan riwayat penyakit maag
Jill, Alan mengambil alasan itu untuk menariknya keluar barisan dan menuju UKS.
Saat ditanya kenapa Alan melakukan itu, laki-laki itu hanya menjwab untuk
mengurangi siswa yang pingsan dan wajah Jill benar-benar pucat saat itu. Jill
kemudian menjelaskan bahwa ia memang penderita maag, tapi nggak akan sampai
pingsan kalau pun di jemur di bawah terik matahari.
Hari akhir MOS, saat teman-temannya yang lain
justru berdesakan untuk meminta tanda tangan senior, Jill justru memilih untuk
duduk di bawah pohon. Dan lagi-lagi Alan aada di sana. Dan hanya tanda tangan
Alan saja yang ada di buku Jill.
Sejak awal, Jill memang seolah mengenal Alan. Laki-laki
itu mengingatkannya pada sosok Abi gendut yang satu sekolah dulu dengannya saat
SD. Entah mengapa, saat laki-laki itu tersenyum, Jill bisa melihat Abi kecil di
sana. Abi yang selalu dimintai uang jajannya, diminta bekalnya dan selalu
dibentaknya. Tapi Abi hanya tersenyum saat diperlakukan seperti itu oleh Jill.
Setelah Jill memulai sekolahnya, ia kemudian
mendapati sosok Alan di taman belakang sekolah. Lahan kosong yang banyak
ditumbuhi ilalang. Yah, Jill menemukannya di sana. Tapi, Alan justru
memanggilnya Karin dan membuat Jill terpaku. Semua temannya memanggilnya Jill,
kecuali orang itu. Abi gendut. Dan ia seperti di ingatkan kembali akan sosok Abi
yang memang terekama jelas di otaknya. Setiap apa yang dilakukan Abi dan
bagaimana Abi tersenyum. Hingga Jill dengan tenang bercerita tentang Abi pada
Alan.
Intensitas pertemuan Jill dan Alan memang tidak
sering. Tapi, mereka selalu punya tempat sendiri. Taman belakang sekolah dan
perpustakaan. Taman belakang sekolah sendiri merupakan tempat pertemuan formal
mereka. Karena di sana mereka hanya berdua dan bisa bercengkerama tanpa harus
terusik oleh orang lain. Sedangkan perpustakaan, hanya tempat Alan belajar. Dan
Jill, hanya memandangi punggung Alan dari balik rak-rak buku. Asalkan bisa
melihat pria itu sudah cukup walau tidak dalam jarak yang begitu dekat.
Mereka seringkali bertemu di taman belakang. Saat
Jill sedang dalam keadaan kurang baik
karena mendadak mamanya membawa seorang pria ke rumah dan jelas dia bukan hanya
sekedar teman, atau hanya sekedar menyesap cokelat panas dan teh serta cheesecake yang dibawa Alan. Di sana
juga adalah salah satu tempat kenangannya bersama Alan. Saat ulang tahun Jill,
Alan membawa Cheesecake untuk Jill.
Beberapa tindakan Alan benar-benar mengingatkan
Jill tentang Abi. Mulai dari cheescake,
lesung pipi Alan cara tersenyum pria itu dan namanya, Alan Abimanyu. Namanya persis
seperti nama Abi setelah Jill mencari tahu semuanya. Tapi, Alan, seniornya itu
tidak menyukai pelajaran sejarah dan katanya
tidak punya kemampuan dibidang itu. Tapi Abi, dia suka dan pindar dalam
pelajaran Sejarah. Berbagai informasi terbaru tentang Abi juga berusaha di
dapatkan Jill dan sahabatnya. Alan ternyata akselerasi dua kali. Saat SMP dan
SMA saking jeniusnya. Di umur 16 tahun ia akan menyelesaikan studinya di SMA.
Tapi perasaan Jill sudah tidak bisa dibohongi.
Jill sudah benar-benar memiliki perasaan untuk Alan. Dan karena memang Jill
sudah menemukan rasa nyaman pada Alan seperti pada Abi. Yah, Abi..., selalu
Abi. Alan memang Abi memang akan selalu berjalan berdampingan di dalam kepala
Jill. Entah mengapa ia tidak bisa memungkiri kesaam di antar keduanya. Hingga Jill
mengungkapkan semuanya pada setiap surat yang ia tulis sejak awal ia masuk
sekolah hingga kelulusan Alan. Semuanya berjumlah 12.
Hingga kenyataan kembali menyayat hati Jill,
saat ia mendapati Alan menghabiskan malam tahun baru dengan seorang gadis yang
bergelayut manja di lengannya. Alan juga tampak mengacak-acak rambut perempuan
itu dengan gemas yang semakin menghancurkan pertahanan Jill. Tapi ia tidak
boleh menangis. Tidak boleh!
Hingga akhirnya kenyataan terungkap dan membuat
keduanya tidak bisa mengatakan apa-apa.
Lalu apa yang akan dilakukan Jill setelah itu?
Apakah proyek confession yang disusunnya bersama sahabatnya akan berjalan lancar?
Lalu bagaimana nasib kedua belas surat itu?
Apakah akan medapat balasan dari seorang Alan Abimanyu?
***
Well, aku kasih dua jempol untuk mbak Iis. Aku suka
banget..., banget..., dan banget deh pokoknya. Eits,,, aku mulai dari cover yah...! Aku suka sama desain
covernya dan pemilihan warnanya. Ow..., dan ilustrasinya. Ilustrasi loker
berwarna kecoklatan itu udah cocok banget sama ceritanya bersama dengan
tumpukan surat-surat di sekelilingnya. Hingga konsep ceritanya benar-benar
dapet di covernya.
Untuk ilustrasi dalam buku sendiri cukup bagus
dan mewakili menurut saya. Gambar loker dan surat-surat seperti yang
terdapat di cover cocok. Apalagi saat
di padankan dengan surat yang ditulis Jill setiap bulan di awal bab. Jadi seakan
membuat kita tahu perasaan Jill yang ia tuangkan di setiap suratnya untuk
seorang Alan.
Settingnya juga dapet banget. Udah bisa dapet banget feelnya. Detailnya dan
suasana udah bisa saya rasakan sebagai pembaca. Untuk masalah ini penulis udah
sukses banget. Pembangunan karakter tokoh jika melihat dari konsep cerita,
menurut saya memang harus bisa dibangun dengan baik. Karena penulis di sini
menggunakan PoV 1 dengan karakter Jill, jadi bagaimana perasaan Jill bisa kita
tahu dengan baik. Tapi untuk sosok Alan sendiri yang memang seperti puzzle yang harus dipecahkan memang
tidak terlalu di sorot kecuali dari sisi Jill yang banyak bercerita tentang
sosoknya di setiap kalimat.
Porsi tokoh masing-masing menurut aku sih udah
pas sesuai konsep cerita yang berusaha disampaikan penulis pada pembaca. Nggak ada
yang melebih-lebihkan. Pokoknya pas deh. Penulis juga memperhatikan detail
kecil yang seringkali dilupakan oleh penulis kebanyakan. Seperti deskripsi
tokoh-tokoh yang terkadang hanya lewat dan nggak dieksplor padahal peran mereka
juga penting untuk keutuhan cerita.
Oh, yah. Aku juga suka nangis pas baca confession. Nggak tahu kenapa. Aku kok
bacanya kayak bawa ke hati banget. Eh, bukannya buku lain nggak baw ke hati. Cuma
ini mungkin karena sedikit banyak ceritanya kayak aku dulu, jadi nyambung sama
perasaan aku. Kok jadi curhat, sih?
Pemilihan endingnya juga cocok banget. Kirain bakalan
mewek lagi, tapi, penulis memberikan ending yang ternyata, ya....! Sukses untuk
buku ini #SeriBluetsroberi ini aku suka banget.
Aku kasih 4,7 bintang buat mbak.
4 komentar:
Aku sekalian mampir, dong ^^ Terimakasih banyak yaa review-nya. Semoga lekas2 bisa nerbitkan lagi biar bisa donasi lagi untuk klub buku ini :*
Iya mbak..., Kami doa'in semoga karyanya segera terbit lagi dan sukses..., hihi
maaf kalau tulisan dan blognya nggak begitu bagus... :)
Aamiin. Hahaha, nggak papa, bagus kok. Semakin lama pasti semakin bagus lagi ^^
Tanya dong apasih alasan kak fakhrisina menulis novel ini?
Posting Komentar