Judul : Rainy’s Days
Penulis : Fita Chakra
Penyunting : Winda Veronika
Perancang sampul : Athaya Zahra
Penata letak isi : Fernandus Antonius, Aldy Akbar
Penerbit : Ice Cube
Terbit : 2014
Tebal : viii + 227 hlm.
ISBN : 978-979-91-0652-0Synopsis :
“Hujan itu tak berarti sedih, Rainy,” kata lelaki itu.
“Meski hujan selalu datang di saat-saat buruk?” tanyanya seperti bocah
yang menuntut penjelasan.
Rainy percaya kalau hujan dan dirinya tidak
pernah akur. Momen-momen terburuknya selalu dihiasi oleh rintik-rintik air
hujan yang seolah berpesta merayakan kesedihannya.
Bertolak belakang dengan Kian yang selalu
bersyukur akan datangnya hujan. Bunga-bunga di kebunnya seakan menyambut limpahan air dari langit itu dengan sukacita.
Mereka bertemu, bertengkar, lalu berteman.
Namun, karena luka masing-masing mereka memutuskan untuk menyimpan rasa cinta
yang mulai tumbuh. Sampai suatu hari... ketika cinta itu terungkap tanpa kata,
salah satu dari mereka pun terdiam tanpa tahu kapan akan bersuara lagi.
***
Rainy. Gadis cantik dengan tubuh kurus dan pipi
yang sedikit tembem. Cukup kontras memang, antara tubuh dan pipinya. Selalu
diliputi ketakutan dengan lingkaran hitam di bawah mata. Menutup diri dan
memilih menyendiri. Itulah Rainy. Gadis yang sangat membenci hujan.
Ben. Seorang cowok ringan tangan dan emosi yang
sangat mudah tersulut. Seorang yang cukup tampan, keren dan kaya. Tapi,
semuanya tampak tak berharga dimata Rainy saat Ben mulai menyakitinya.
Kian. Cowok yang sedikitnya juga menyimpan masa
lalu yang kelam. Tidak terlalu menyukai kucing karena binatang itu selalu
membuatnya mengingat kenangan indah sekaligus menyedihkan. Tapi, Kian selalu
tersenyum dan mensyukuri semua yang terjadi dihidupnya. Seperti tetesan air
yang membasahi bumi.
***
Cerita ini diawali dengan sosok Rainy yang
tengah mengenang masa lalu. Dengan ayunan tali yang dililiti tanaman rambat
menemani. Sosoknya kembali mengenang kata ‘senadainya’ hingga hujan mulai turun
dan menyamarkan cairan hangat yang mengalir di pipinya bersamaan dengan
tetesan-tetesan hujan.
Rainy. Perempuan dengan latar belakang keluarga
kaya dan berada. Mungkin hidupnya bisa dibilang cukup beruntung untuk hal yang
satu itu. Tapi jika ditanya mengenai kehidupan cintanya, maka jawabannya adalah
unlucky. Yah. Mungkin jika perempuan
lain melihatnya tengah jalan dengan Ben, mereka mungkin akan iri. Karena
melihat sosok Ben yang tampan, kerena dan kaya. Ia juga merupakan pewaris dari
kerajaan bisnis ayahnya. Tapi sosok Ben bukanlah kekasih impian Rainy. Yang
menyayanginya dengan sepenuh hati, yang menghiburnya jika ia sedang merasa
sedih dan kesal, atau memperhatikannya tanpa perlu ada embel-embel menjatuhkan
harga diri. Ben adalah kebalikan dari semua itu.
Setelah dibentak dan diperlakukan secara kasar
di depan umum, Rainy mulai mengambil sikap dan memutuskana Ben. Gadis itu
memilih untuk menyingkirkan rasa sayangnya pada Ben dan mulai menjalani
kehidupnnya yang baru. Tanpa ada sosok Ben lagi.
Rainy memulainya dengan pindah kost ke apartemen
dekat kampus barunya. Yah! Rainy juga memilih untuk pindah universitas.
Semuanya hanya karena satu alasan. Ben. Walaupun ia tahu, Ben akan tetap
mencarinya di mana pun.
Pindah ke apartemen baru rupanya membuat Rainy
tidak tenang. Pasalnya, Fey, tetangga barunya adalah sosok yang cukup periang,
ramah dan suka menyapa orang baru. Tapi Rainy saat itu benar-benar tidak ingin
mengobrol. Jadi, setelah basa-basi dengan Fey, ia memilih untuk menutup pintu
dan menuju Balkon kamarnya. Tanpa bisa di cegah, Rainy mulai mengingat semua
memori masa lalunya, dan detik itu juga cairan bening mulai kembali mengalir di
pipinya.
Siapa yang menyangka, seorang pria dari
apartemen sebelah memergokinya sedang menangis di balkon apartemennya sendiri.
Rainy mulai bersikap tidak bersahabat dan meninggalkan pria itu yang masih
tertegun.
Perjumpaannya tidak hanya sampai di situ saja.
Cowok bernama Kian itu seakan terus ada di sekelilingnya. Saat ia mencoba
menyelamatkan anak kucing yang ada di got, Kian lah yang membatunya. Saat ia
harus muntah setelah mencoba memasukkan makanan ke dalam perutnya, cowok itulah
yang ada di sampingnya.
Hingga Rainy mulai merasa nyaman saat berada di
dekat Kian. Cowok itu seakan memberikan Rainy kehangatan dan kenyamanan. Rainy
juga mulai mengenal sosok Kian dan cerita masa lalunya bersama dengan kedua
orang tuanya. Juga masalahnya dengan kucing. Rainy menjadi pendengar yang baik
untuk Kian. Cowok itu juga mulai menunjukkan kebun bunganya pada Rainy, ayunan
tali dengan tanaman merambat dan juga mengajarinya syukur akan hujan.
Namun, saat kenyamanan itu mulai menyelimuti
Rainy, awan gelap seakan mulai muncul dengan tetesan-tetesan hujan
mengiringinya. Hujan lagi.Namun, saat kenyamanan itu mulai menyelimuti
Rainy, awan gelap seakan mulai muncul dengan tetesan-tetesan hujan
mengiringinya. Hujan lagi.
***
Well done! Aku suka banget sama novel ini. Ah..., serasa
dihipnotis dengan sosok Rainy yang seperti awan mendung yang menyambut hujan.
Aku salut sama perancang covernya yang bisa bikin calon pembaca mikir dua kali
untuk nggak beli novel ini. Dengan ilustrasi seorang gadis yang sedang memegang
payung dan setangkai bunga anggrek ungu. Dan sebuha quotes...,
“Ketika hujan turun, ingatlah aku yang selalu memintamu untuk tersenyum...”
Shock. Hahaha,,, mungkin benar kata salah satu admin di situs jejaring sosial Twitter. Lebih gampang buat review buku yang nggak kita suka. Kalau suka, jadinya muter-muter mulu’. But, aku harus keluar dari kata-kata itu. Yah. Balik ke review!
Masih seputar cover, warna sendu cover tersebut bersanding dengan warna cerah bunga daisy orange. Yah, cukup sedap dipandang mata. Aku cukup suka dengan tata letak isi buku dan ilustrasi saat menjemput bab baru. Benar-benar sudah mewakili isi cerita. Untuk settingnya sendiri sudah di deskpriksikan dengan baik. Jadi pembaca juga seolah-olah bisa merasakan dan seakan terlibat langsung dalam cerita.
Karakteristik masing-masing tokoh juga dibangun dengan baik. Tapi sedikit bingung dengan Fey. Ada beberapa bagian yang harusnya dimainkan Fey, tapi seakan pada bagian itu, dia hilang. Porsi masing-masing tokoh juga dalam kadar yang sama. Untuk PoV 1 yang digunakan, aku suka karena penulis menulis dari dua sisi tokoh. Pertama dari Rainy dan kedua dari Kian. Jadinya, kita lebih gampang untuk mengetahui perasaan keduanya. Aku suka cara penulisan seperti ini. Lovely!
Konflik! Konflik kekerasan dan seputar keluarga sudah banyak diangkat di buku-buku fiksi yang aku baca. Tapi, konflik seperti sosok Ben dan sosok Mama Rainy yang seakan-akan mengatur hidup Rainy cukup bagus untuk disandingkan. Hingga konflik awan mendung yang menghiasi Kian dan Rainy. Sukses deh untuk penulis yang udah berhasil dalam hal ini.
Sekarang sedikit kekurangan yang aku lihat di dalam novel ini. Penulis terlalu fokus pada kehidupan Rainy dan Kian sehingga melupakan sosok Ben yang hanya disinggung di awal cerita. Mungkin, penulis bisa memberikan sedikit deskripsi mengenai kehidupan yang dijalani sosok Ben sehingga membuatnya jadi ringan tangan. Hanya sekilas saja. Tidak perlu terlalu deskriptif.
Cerita juga sedikit menyinggung tentang kakak Rainy yang begitu berbeda dengan Rainy. Mungkin ini bisa di eksplor sedikit, jadi ada perbandingan kenapa mama Rainy ingin anaknya seperti ini selain alasan dirinya.
Juga typo yang masih banyak bertebaran. Mungkin ini yang harus lebih diperhatikan lagi. Karena selain tidak enak dipandang, typo juga biasanya engurangi minat baca. Kebanyakan pembaca biasanya meninggalkan buku karena kebanyakan typo. Tapi, typo di sini masih bisa di tolerir, lah. Lagipula, saya sepertinya tidak terlalu memikirkan typonya. Hanya memikirkan bagaimana akhirnya cerita ini.
Ah..., akhir cerita. Aku hampir lupa yang satu ini. Endingnya ini gimana? Gimana?? Benar-benar nyesek atuuuuhhh..., pembaca juga bakalan desak kak Fita Chakra untuk segera menulis kelanjutan ceritanya. Sebagai pembaca, saya juga berharap seperti itu. Buku ini ada lanjutannya.
But, honestly, aku cukup cinta deh, sama buku ini.
I give 4,6 star for you mbak.
3 komentar:
Thank you, Iin :) masukannya berharga untukku.
Sama-sama mbak.., :)
mbak, punya ebook nya nggak? ^^
Posting Komentar