Judul : Warna Rindu
Editor : Yulliya
Proofreader : Widyawati Oktavia & Syafial Rustama
Penata letak : Nunu Ridwan
Desainer sampul : Gita Mariana
Penerbit : Bukune
Terbit : November 2012
Tebal : iv + 268 hlm
ISBN : 978-602-220-084-0
Synopsis :
Aku menunggu cintamu,
bagai malam menunggu nyala terang.
Wengi
Ia serupa ‘malam’ yang hitam, tak membiarkan warna
lain tampak di
atas pemukaannya, tetapi menjanjikan begitu banyak
perlindungan.
Ia pernah kehilangan..., dan kini menunggu warna
lain mengisi
kekosongan yang ia sisakan.
Aska
Ia adalah nyala yang membuat ‘malam’ terang.
Memberi kehidupan pada yang nyaris berpulang, serupa
merah yang
memiliki tekad kuat. Merah itu adalah cinta,
nyala api yang dinantikan kelam.
Toska
Dialah si pertanda kehidupan yang akan membuatmu
lebih memaknai
apa yang tidak kau miliki sekarang. Memberi harapan,
seperti terang
hijau daun bersemi. Ketika lelah, ia lantas gugurkan
daunnya
seketika. Ia biarkan angin yang jadi penentu takdir,
akan jatuh ataukah tetap bertahan.
Dan, ia menyimpan harap mengisi ruang kosong
pada kelam.
***
Wengi. Gadis yang serupa malam yang gelap.
Menutup diri. Dan hanya membuka diri untuk Aska dan keluarganya. Seorang kutu
buku dan penyuka cotton candy.
Memillih menghabiskan waktunya untuk melihat semburat jingga di langit diwaktu
pagi, dan juga menyapa sang surya saat ia sudah terlihat.
Aska. Laki-laki biasa. Merupakan penyemangat
untuk Wengi dan sekaligus menjadi cotton
candy gadis itu. Lebih tua satu tahun dari Wengi dan memberikan lebih
banyak perhatian pada seorang yang bernama ‘malam’.
Toska. Laki-laki yang serupa pelangi. Memilih
untuk menorehkan berbagai warna di kanvas kehidupannya. Merupakan harapan baru
bagi Wengi. Tapi seperti pelangi, ia
juga akan lenyap digantikan sang surya yang mendesak memunculkan sinarnya.
***
Wengi. Seorang gadis ‘malam’ yang menghabiskan
waktunya dengan laptop, secangkir kopi hitam pahit, buku, melihat sang fajar
dan juga Aska. Yah, Aska. Laki-laki yang sejak beberapa tahun lalu mengisi
hidup dan juga hatinya. Sejak kecelakaan maut yang memisahkan Wengi dan orang
tuanya untuk selamanya, Askalah yang muncul untuk membuatnya tersenyum kembali.
Bersama dengan cotton candy yang
menjadi permen kapas kesukaannya.
Diam-diam, Wengi menyimpan rasa untuk Aska. Ia
memilih untuk menyimpanya rapat di sudut hatinya. Yah, Wengi mencintai seorang
Aska yang sudah punya pacar. Pacarnya adalah Sadina, teman sekelas Wengi.
Sadina sendiri seperti tidak punya cacat sebagai seorang perempuan. Dia wanita
sempurna dimata Aska dan Wengi. Hingga Sadina akhirnya menunjukkan rasa tidak
sukanya pada Wengi dan membuat gadis itu menjauh. Benar-benar menjauh dari
hidup Aska. Hingga saat kecelakaan yang hampir saja merenggut nyawa Wengi,
gadis itu mengungkapkan perasaannya walau hanya lewat sebuah kalimat puitis.
Jadi, apa yang akan kamu berikan untuk orang
yang kamu cintai jika pada seekor kucing saja kau memberikan nyawamu.
“Kala Meo sudah mendapatkan nyawaku, orang yang kucintai tidak akan mendapatkan apa-apa lagi,”
“Ya, aku hanya bisa memberinya air mata dan derita karena rasa cinta yang kumiliki. Jadi, aku tak ingin membiarkannya terluka jika tahu bahwa aku mencintainya. Untuk itu, aku tak akan memberinya apa-apa,”
“Jauh dilubuk hatiku, aku hanya ingin dia bahagia..., selamanya....”
Wengi benar-benar fokus untuk menjauhi Aska.
Bahwa setelah Wengi lulus SMA dan melanjutkan kuliah, intensitas pertemuannya
dengan Aska hanya saling menyapa saja. Hingg Wengi tak lagi ingin ada
kungkungan warna yang bernama hitam, ia ingin melihat dunia yang sebelumnya ia
lihat sebelum kedua orang tuanya meninggal. Ia mulai menjelajahi dunia luar dan
merubah sedikit penampilannya karena ia juga sudah berusia 18 tahun.
Di kedai kopi yang dikunjunginya, Wengi bertemu
dengan Toska. Sosok yang bisa membuat Wengi melihat warna selain hitam. Sosok
yang bisa membuatnya tersenyum dan tertawa. Sosok yang menorehkan berbagai
warna dikanvas kehidupannya. Hingga kenyataan akhirnya kembali melemparkan
Wengi pada perisitwa masa lalu.
Apa yang akan terjadi pada Wengi setelahnya?
Lalu, cinta siapa yang akhirnya bisa memenangkan
hatinya? Aska ataukah Toska?
***
Aku cukup suka dengan buku ini. konsep ceritanya
cukup bagus, dan ide cerita yang bisa dibilang cukup mudah dicerna. Aku suka
dengan bahasa yang cukup mudah dimengerti dan pesan untuk pembaca pun bisa
tersampaikan dengan baik.
Covernya juga cukup mewakili isi cerita. Dengan
ilustrasi gambar permen kapas dengan tujuh warna yang mewakili tujuh bab yang
memiliki arti berbeda. Juga warna-warna yang tersebar disepanjnag pinggir
cover. Apalagi warna yang dipilih adalah warna yang cukup soft dan enak
dipandang. Ilustrasi dalam buku tersendiri cukup manis. Ditambah dengan arti
warna di setiap babnya. Hal itu menambah kesan magis sendiri untuk buku ini.
Mengenai setting sendiri, nggak terlalu
ditonjolkan bagaiamananya. Di sisi ini, penulis lebih menonjolkan setiap tokoh
dan konflik yang mengiringi. Porsi untuk masing-masing tokoh Wengi, Aska dan
Sadina sudah pas menurut saya. Tokoh Wengi dan Aska cukup pas porsinya. Sadina
juga porsinya udah cocok sebagai pacar Aska. Sosok Toska sendiri kurang
dieksplor menurut saya. Kehidupannya nggak mendapat porsi yang pas untuk
dijelajahi. Jadi, sosoknya benar-benar seperti pelangi. Hanya muncul sesaat,
lalu akan hilang digantikan sinar mentari. Seperti itu sih menurut saya.
Saya cukup bisa menduga bagaimana jalan
ceritanya. Tapi buku ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Tadinya saya lebih
dulu membaca buku Because I Love You dari penulis yang sama. Tapi nyatanya,
saya lebih menyukai buku yang ini.
Konflik yang ditunjukkan pun sangat cocok dengn
realitas hidup kebanyakan orang. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku
ini. Tapi, sekali lagi, takdirlah yang menjadi penentu walau kita tak
menghendaki.
Isilah kanvas hidupmu dengan banyak warna, maka
hidupmu juga akan berwarna. Jangan hanya mengisinya dengan warna hitam, karena
itu hanya akan terlihat kelam dan gelap.
I give 4
star for this book.
Recommend banget yah,,,, J
0 komentar:
Posting Komentar