Judul : Diary Princesa
Penulis : Swistien Kustantyana
Penyunting :
Laras Sukmaningtyas
Perancang sampul : Neelam Naden, Aldy Akbar
Penata letak isi : Aldy Akbar
Penerbit : Ice Cube
Terbit : Februari 2014
Tebal : x + 260 hlm.
ISBN : 978-979-91-0679-7Synopsis :
“Menurutmu kenapa Aksel menyukaiku?” aku
melemparkan pertanyaan cheesy kepada
Sisil. Sisil tertawa. “Kamu ingin mendengarkan pujia terus ya hari ini? Tentu
saja karena Princesa itu cantik, pintar, dan baik hati.” Aku tertawa mendengar
jawabannya. Seandainya saja Sisil tahu, aku mengharapkan jawaban lain kenapa
Aksel menyukaiku. Jawaban yang tidak standar. Seperti jawaban milik Nathan.
Princesa atau akrab disapa Cesa adalah cewek
yang penuh percaya diri. Dia tahu kalau dia iu cantik, pintar, populer dan
banyak yang naksir. Cesa bisa saja memilih cowok mana pun untuk dijadikan
pacar, enggak bakal ada cowok yang nolak deh! Kecuali sahabat kakaknya, Jinan. Cowok
yang Cesa tahu menyimpan rasa hanya untuk kakaknya.
***
Princesa. Gadis yang cantik, baik hati, pintar
dan populer. Dia bisa memperoleh perhatian dan cinta siapa saja dari laki-laki
disekelilingnya. Kecuali Nathan.
Jinan. Kakak Cesa yang pribadinya justru
bertolak belakang dengan Cesa. Jinan adalah sosok yang memiliki gangguan
tentang pengendalian emosinya. Sosok yang justru mengundang Nathan untuk
mendekat.
Nathan. Laki-laki sekaligus sahabat bagi Jinan.
Bisa juga dikatakan keluarga bagi Cesa dan Jinan. Sosok yang mampu membuat Cesa
dan Jinan tertawa dan sedih di saat yang bersamaan.
***
Kisah ini adalah kisah seorang Princesa. Seorang
gadis cantik, populer, baik hati dan idaman bagi semua cowok. Semua? Sepertinya
lebih tepat semua minus satu, Nathan. Yah. Princesa tumbuh bersama dengan ibu
dan kakaknya, Jinan. Sosok ayah yang harusnya selalu hadir, justru tak pernah
memberi perhatian khusus padanya. Sosok ibu juga sama saja dengan ayahnya
walaupun intensitas pertemuan dengan ibunya lebih banyak.
Cesa memiliki 2 laki-laki yang mengantri untuk
mendapatkan perhatiannya. Yang pertama Vendetta dan kedua adalah Aksel. Kedua pria
itu juga memberi perhatian khusus untuk Cesa. Sehingga gadis itu memiliki sedikit
pengalihan terhadap kondisi keluarganya. Yah. Keluarga Cesa bukanlah keluarga
yang dibilang harmonis. Ayahnya yang seorang peneliti menghabiskan waktunya di
luar rumah untuk meneliti segala sesuatu yang menarik untukknya. Ibunya sibuk
mengurusi bisnis cakenya dan Jinan
sibuk untuk mengurusi emosinya sendiri.
Jinan yang merupakan kakak Cesa memiliki semacam
gangguan mengenai pengaturan emosinya. Sering kali ia meluapkan apa yang ada di
dalam emosinya tanpa berpikir dua kali. Sosok yang seperti Jinan tidak bisa
mengatur kesabaran. Ini yang membuat Jinan sedikit kurang berinteraksi dengan
dunia luar secara ramah. Memiliki
masalah dengan cowok karena sosok di masa lalu membuat Jinan memilih untuk
sendiri. Berbeda dengan Cesa yang digandrungi banyak cowok tapi juga memutuskan
menjomblo karena sudah ada yang menempati hatinya.
Sosok Cesa dan Jinan bisa dikatakan bertolak
belakang. Karena memang Jinan adalah kebalikan dari Cesa, begitu pun
sebaliknya. Masalah tentang masa lalu,
konflik dalam keluarga yang memaksa Cesa dan Jinan mengatur emosinya. Hingga masalah
hati yang membuat keduanya kebingungan. Sosok Nathan diantara Cesa dan Aksel,
serta sosok Jinan diantara Cesa dan Nathan.
Hingga sosok Nathan menjadi bumerang sendiri
diantara Cesa dan Jinan yang membuat mereka hilang kendali tapi justru dari
sanalah mereka belajar untuk ikhlas dan sabar.
Bagaimana Jinan mengatasi masalah emosinya?
Bagaimana konflik yang terjadi antara Jinan dan
Cesa?
Bagaimana kisah Cesa akan berakhir?
***
Well, aku harus mulai komentarin covernya dulu, nih.
Aku salut sama desain covernya. Juga ilustrasinya.
Tumpukan buku yang tadinya membuat aku bingung, jadi menemukan titik terangnya
setelah membaca buku ini. Itu adalah buku-buku yang dibahas di dalam Diary Princesa. Quotes di cover juga
cukup menggambarkan sisi perasaan dari sosok Cesa. Untuk pemilihan warna,
mungkin banyak yang mengatakan nggak setuju dengan pemilihan warna gelap. Tapi
menurut aku, itu sudah mewakili isi ceritanya.
Untuk gaya bercerita penulis bisa dibilang cukup
baik. Semuanya diambil dari sosok Cesa yang menceritakan semuanya. Dari
judulnya Diary Princesa, mungkin
hanya sedikit saran. Melihat dari sosok Cesa yang memang dipandang sedang
curhat, bukunya mungkin bisa di desain layaknya diary. Nggak usah kayak diary
yang bagaiamana, mungkin referensinya bisa ngambil Paris karya Prisca
Primasari. Jadi dapat banaget feelnya.
Seperti sosok Cesa yang dalam keluarga dan cinta
memang mengalami masalah. Jadi warnanya cukup mewakili. Perpaduan warna
keseluruhan dari covernya sudah pas menurut saya.
Awalnya sih, saya mutusin untuk baca Limit dan
We Quit Us dulu, tapi covernya melambai-lambai sih. Jadinya, Diary Princesanya
dibaca duluan. Dan cukup sesuai dengan ekspektasi saya. Saya cukup suka dengan
bahasa yang digunakan. Wow.., diksi yang digunakan membuat saya memberi dua
jempol. Saya suka kalimat-kalimatnya yang quotable
banget. Saking banyaknya, salah satu member bikin file dilaptopnya khusus untuk
quotes diary princesa. Setting. Biasanya penulis juga menekankan sedikit lebih
penting tentang masalah ini. Karena penulis sekarang telalu cenderung hanya
fokus pada cerita tokohnya tanpa memperlihatnya setting yang sebenarnya cukup
penting untuk membangun karakter tokoh dan membuatnya semakin hidup. Untuk
settingnya sendiri, mungkin masih perlu dikaji lagi. Dengan memperhatikan
sepanjang cerita dalam buku ini, mbak Swistien sebenarnya dengan diksinya bisa
membangun setting yang kuat.
Untuk karakter tokoh sendiri, point of viewnya sendiri lebih pada
sosok Cesa. Sehingga mungkin di sini porsi untuk sosok Jinan yang cukup
mengambil peran penting seperti dilupakan. Kita bisa mengetahui sosok Jinan
dari semua cerita-cerita Cesa. Tapi tidak dalam sudut pandang Jinan sendiri. Mungkin
penulis bisa menyelipkan satu atau dua paragraf cerita yang diambil dari sudut
pandang Jinan, jadi kita sedikit tahu bagaimana cara pandang Jinan tentang
sesuatu. Karena memang cerita ini difokuskan pada sosok Cesa.
Masalah yang diangkat juga cukup menarik antara
konflik keluarga dan sosok Jinan yang menderita bipolar disorder. Ngga cukup banyak yang ngangkat topik ini
ditambah dengan gaya bahasa penulis yang memang nyaman untuk diikuti. Jadi
bawannya yah enjoy aja. Mengenai
sosok Jinan, ekspektasinya nggak sampai pada titik dia bisa marah-marah atau
cemburu pada sosok Cesa. Tapi lagi-lagi, bipolar
disorder mampu untuk berbuat hal itu.
Pemilihan endingnya sendiri bisa dibilang cukup
berani. Karena pembaca diminta untuk benar-benar bisa mendalami endingnya Tapi
agak sedikit kurang mengeai akhir dari kisah mama Cesa dan Nathan. Karena sosok
keduanya nggak terlalu dijelasin lagi setelah konflik Cesa dan Jinan mencuat.
But, overall aku suka banget sama gaya bahasa yang terkesan
curhat dari mbak Swistie. Aku suka sosok Cesa mbak, walaupun sedikit nyebelin
juga,,, hehehe ^_^
I give 3,6 star for your book.
0 komentar:
Posting Komentar