Judul : Beda Tapi Cinta
Penulis : Rhesy Rangga & Stanley Meulen
Penyunting : Andri Agus Fabianto
Penata letak : Erina Puspitasari
Pendesain sampul : Fin Riana
Penerbit : Loveable
Terbit : 2014
Tebal : vi + 166 hlm
ISBN : 978-602-7689-64-0
Synopsis :
Sesungguhnya wanita yang seiman dengan kamu
lebih baik daripada wanita yang tidak seiman dengan kamu, walaupun ia menarik
hatimu. Jangan pernah kamu menikah dengan wanita yang tidak seiman hingga
mereka seiman denganmu.
Terus, bagaimana jika jatuh cinta itu datang
tiba-tiba. Agama tidak mengaturnya, bukan? Selagi bisa dihindari, kenapa nggak? Lebih baik sakit karena
diputusin daripada sakit setelah melakukan komitmen. Bersama seumur hidup,
nyatanya sulit untuk dijalankan. Kekuatan cinta, tidak akan pernah semurni dan
sekuat pernikahan karena satu iman. Semoga itu bisa jadi pertimbangan kamu.
Tapi cinta sering membuat orang buta. Vanya dan
Rangga tetap menjalankannya walau dengan tantangan berat. Entah kenapa, seakan
ada hal yang tidak merestui cinta mereka. Rangga yang ingin pergi ke Kota
Istanbul, Turki, mengidap kanker yang bersarang di paru-parunya. Cita-citanya
itu ingin menjejakkan kaki dari dua benua dan dua agama yang pernah
berdampingan.
Lalu, apakah cinta mereka tetap menyatu?
Atau, mereka justru terpisahkan oleh keadaan?
***
Vanya. Seorang perempuan muslimah yang memegang
teguh ajaran agamanya. Perempuan yang berasal dari Jogja ini memutuskan untuk
melanjutkan kuliahnya di Bandung. Setelah pertemuannya dengan Rangga, ia
merasakan berbagai dilema yang berkecamuk di dalam batinnya. Baik itu tentang
perasaannya sendiri, dan juga ajaran agama yang selama ini dipercayainya.
Rangga. Seorang laki-laki kristen yang juga
tidak kalah teguh memegang ajaran agamanya. Seorang pria yang sangat menyukai
negara Turki karena di sanalah dua perbedaan dulunya bersatu. Persis ketika ia
bertemu dengan Vanya, perempuan yang kemudian dicintainya, tetapi tidak bisa
memberikan cintanya secara utuh karena perbedaan yang terbentang diantara
mereka.
***
Cerita ini diawali dengan sosok Vanya yang tengah menginjakkan kakinya
di Turki. Tempat yang menjadi impian Rangga untuk dikunjungi. Vanya, seorang
wanita muslim yang memilih untuk melanjutkan kuliah di Bandung memiliki seorang
sahabat bernama Lina. Lina sendiri juga merupakan perempuan muslim. Tapi ia
tergolong sangat malas untuk menunaikan sholat.
Semuanya dimulai dari ide gila Lina. Lina
meminta Vanya untuk membantunya supaya dia bisa kembali berpacaran dengan
mantannya, Rangga. Sebagai seorang sahabat, tentu saja Vanya mengiyakan akan
membantu, hingga pada akhirnya, mereka janjian untuk bertemu dengan Lina yang
tidak berada jauh dari mereka. Siapa yang tahu, apa yang selanjutnya terjadi.
Vanya yang sejak pertama melihat Rangga merasakan sesuatu yang aneh saat
melihat sosok pria itu menunggunya.
Hingga kejadian yang tidak terduga terjadi.
Hanya berselang hari, Rangga mengaku
bahwa ia menyayangi Vanya sehingga membuat gadis itu hanya bisa ternganga dan
tidak percaya. Ini bukan karena begitu cepatnya Rangga menyatakan perasaannya melainkan
karena keyakinan mereka berbeda yang membuat semuanya serasa mustahil.
Vanya sering kali berdebat dengan batinnya
sendiri mengenai perasaannya terhadap Rangga. Ia harus mengakui bahwa ia juga
menaruh rasa pada pria itu, tapi sebelum ia bisa memikirkan lebih jauh,
batinnya berteriak. Ia tidak seharusnya mencintai Rangga. Mereka berbeda!
Mereka memiliki Tuhan yang berbeda.
Hingga permasalahan diskusi islami tentang
pasangan beda agama yang secara tidak langsung adalah dirinya sendiri, membuat
ia harus menelan pil pahit. Karena Lina, sahabatnya, membencinya karena
memiliki perasaan pada orang yang sama. Dan karena orang yang sama pula, mereka
kembai bersahabat. Karena Rangga, dan karena keadaan Rangga yang sebenarnya.
***
Harus kuakui, buku ini sedikit menghujam jiwaku.
Karena dulu, aku juga sempat menjalani hubungan beda agama dengan seorang
nasrani. Tapi tidak sampai tahap bertemu tiap hari. Karena dia tinggal di West
Virginia, jadi hanya pada saat musim panas saja dia berkunjung ke Indonesia.
Aku cukup suka ide cerita yang bercerita seputar
perbedaan agama dan betapa teguhnya keyakinan masing-masing tokoh terhadap
kepercayaan yang dianut masing-masing. Gaya bahasanya halus tapi
terkesan buru-buru. Sedikit janggal jika harus melihat kembali sosok Rangga
yang tiba-tiba saja bisa menyatakan cintanya pada Vanya padahal baru sekali ia
bertemu dengan gadis itu. Ceritanya terkesan buru-buru, itu pasti. Seperti
tidak ada proses bagaimana cinta mereka bisa tumbuh. Karena sosok Vanya di sini
juga digambarkan langsung terkesan dengan sosok Rangga.
Setelah di analisis, Rangga juga tidak sering
bertemu degan Vanya setelah pertemuan pertama mereka. Jadi kemungkinan
benih-benih cinta dalam kapasitas pertemuan seminim itu juga sedikit nggak
masuk akal. Apalagi ini konsep ceritanya, kan, beda agama. Jadi sebelumnya,
harusnya ada konflik yang membuat benih cinta mereka tumbuh dulu. Mungkin
konflik seputar kepercayaan yang membuat mereka akhirnya berselisih paham atau
mungkin konflik yang sedikit menjurus pada kepercayaan masing-masing.
Sosok Lina di sini sendiri juga gimana,
yah..., kesannya janggal aja tiba-tiba
datang, nangis, minta maaf karena Rangga masuk rumah sakit setelah semua yang
dilakukannya pada Vanya. Sosok Vanya
sendiri bisa dikatakan tidak konsisten. Sekali bilang iya, kali lainnya tidak.
Buku ini juga harusnya diperhatikan lagi
penggunanaan imbuhan ke di awal
kalimat bagaimana, mu di akhir
kalimat bagaimana. Banyak sekali saya temukan penempatan yang salah dalam buku
ini. Penempatan tanda kutip dan tanda titik juga salah. Juga ada penggunaan
tanda “)” di tengah-tengah kata. Jadi, agak terganggu juga bacanya. Typo? Bersebaran dimana-mana. Itu juga, seperti yang saya temukan di buku Papua Bekisah sebelumnya, banyak kalimat yang tidak diberi spasi. Itu disengaja atau tidak, nggak tahu. Tapi jadi nggak enak lihatnya.
Mungkin sedikit saran, tolong diperhatikan juga
semuanya sebelum naik cetak bukunya. Pasalnya, masih banyak sekali kata yang
tidak sesuai EYD, typo dan penggunaan
tanda baca yang tidak seharusnya.
Aku suka buku ini sebenarnya,
kekuranga-kekurangan yang disebutkan di atas mungkin hanya sedikit saran dari
saya pribadi sebagai pembaca. Covernya dan buku ini juga nggak terlalu tebal.
Tapi mungkin jika ditambah konfliknya sedikit, 200 halaman mungkin cukup.
At least, aku kasih 3 bintang untuk buku ini.
Selamat berburu buku Beda tapi Cinta dan temukan
kepercayaan dan keyakinan hatimu sendiri.
2 komentar:
konflik ceritanya kya di film "Cinta Tapi Beda" cuma yg muslim di film itu cwo sdng di novel ini cwe nya, terinspirasi mungkin ?
Hemt....ratingnya cm dpet tiga ya, mbak. Gara2 kisah cintanya yg trllu buru atau typo?
dua-duanya sih sebenarnya.
Posting Komentar