Judul : Montase
Penulis : Windry Ramadhina
Editor : Ayuning & Gita Romadhona
Proofreader : Christian Simamora
Penata letak : Dian Novitasari
Desain sampul : Jeffri Fernando
Penerbit : Gagas Media
Terbit : 2012
Tebal : viii + 360 hlm.
ISBN : 979-780-605-7
Sinopsis :
Aku berharap tak pernah bertemu denganmu.
Supaya aku tak perlu menginginkanmu,
memikirkanmu dalam lamunku.
Supaya aku tak mencarimu setiap kali aku rindu.
Tapi...,
Kalau aku benar-benar tak pernah bertemu
denganmu, mungkin aku tak akan pernah tahu
seperti apa rasanya berdua saja denganmu.
Menikmati waktu bergulir tanpa terasa.
Aku juga tak mungkin bisa tahu seperti apa
rasanya sungguh-sungguh mencintai...
dan dicintai sosok seindah sakura seperti dirimu.
***
"Selalu ada impian yang lebih besar dari impian lain, kan? ... Kita tidak hidup selamanya, Rayyi. Karena itu, jangan buang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak kita inginkan." - Haru (hal. 250)
***
Rayyi. Seorang mahasiswa IKJ dan merupakan anak
satu-satunya dari produser terkenal Indonesia, Irianto Karnaya. Mengambil
bidang peminatan produksi atas kemauan sang ayah. Di sisi lain, ia memiliki
ketertarikan dengan film dokumenter, bukannya film mainstream yang biasa di produseri ayahnya.
Haru Enomoto. Mahasiswi Jepang dengan tubuh
mungil dan kebiasaan melakukan sesuatu dengan sembrono. Ia memilih bidang film
dokumenter dan pesaing terberat Rayyi dalam mengambil tempat yang di sediakan
khusus oleh Greenpeace. Dan tentu
saja, tempat khusus itu berhasil di dapatkan oleh Haru.
***
Cerita ini dimulai dengan prolog dengan surat dari Haru.
“Hei, Rayyi. Apa kau masih mengingatku?”
Rayyi. Seorang yang bermimpi menjadi documenter movie maker tapi memiliki kesulitan untuk menggapainya karena mimpinya justru harus terkendala oleh keinginan ayahnya. Irianto Karnaya-ayah Rayyi-seorang sineas terkenal Indonesia menginginkan anaknya untuk mengikuti jejaknya menjadi seorang produser. Tak tanggung-tanggung, ayahnya memasukkan Rayyi ke dalam peminatan produksi.
Hari-hari Rayyi di peminatan produksi menjadi serba kelam karena jiwanya benar-benar terpaku pada film dokumenter. Di tambah lagi kekalahannya di kompetensi skala nasional oleh film yang diambil dengan menggunakan kamera LomoKino. Film tentang sakura itu adalah hasil dari kerja keras Haru Enomoto. Film yang menurut Rayyi masih kalah jauh dari film yang dibuatnya.
Satu lagi kejutan untuk Rayyi. Ia satu kelas dengan Haru di kelas Dokumenter IV. Haru sendiri bisa dibilang ceroboh tingkat dewa yang memaksa Rayyi untuk mengendurkan urat-uratnya. Samuel Hardi, yang merupakan dosen tamu di kelas Dokumenter IV memberikan tugas untuk membuat film dokumenter yang objektif. Dari tugas inilah, Rayyi mulai dekat dengan Haru. Memutuskan untuk menjadikan Haru sebagai model, ia mulai membuat film dokumenter yang hanya menerima respon kosong dari Samuel Hardi.
Dari mulai tugas itu, ia mulai memandang Haru dari sisi berbeda. Hari demi hari, Rayyi semakin akrab saja dengan Haru. Hingga saat Rayyi justru berusaha keras mengejar mimpinya, Haru memutuskan untuk kembali ke negara asalnya-Jepang.
***
Agak merinding pas udah selesai baca novel ini. Bukan merinding karena ada makhluk halus di samping aku. Tapi merinding pas baca perjuangan Rayyi buat nunjukkin ke Haru kalau ini loh, yang aku lakukan selama untuk mengejar impianku.
Ini novel kedua dari mbak Windry yang aku baca. Jujur, nggak nyangka kalau bakalan kayak gini ceritanya. Benar-benar perjuangan yang membutuhkan sebuah tekad untuk berada diposisi Rayyi. Ia rela melepas semuanya untuk akhirnya memperjuangkan mimpinya. Tapi dibalik perjuangan itu, ia juga harus mulai menapaki semuanya dari nol. Perjuangan hingga perjuangan yang kemudian ia persembahkan untuk seseorang bernama Haru.
Overall sih, suka banget sama jalan ceritanya dan penuturan mbak Windry. PoV lagi-lagi pada sisi Rayyi. Suka banget yah, mbak ini ngambil PoV dari tokoh cowoknya. Heh,, kok aku udah nyimpulin duluan. Baru juga baca 2 novelnya. Belum lagi Orange, Memory, Metropolis yang belum aku jamah sama sekali.
Ide cerita yang mengalir buat aku nyaman bacanya. Typo..., nggak ada sih kalau aku lihat. Kalau kelupaan tanda titik dan tanda kutip ada sih aku liat. Paling cuma satu, dua doang. Ilustrasi bukunya juga nggak nge-neh gimana gitu. But, semuanya kembali lagi sama isinya, kan?
I Give 4,5 star for this book.
Very Recommended
Quotes :
“Kita tidak hidup selamanya, Rayyi. Karena itu jangan buang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak kita inginkan." - Haru Enumoto
“Pohon sakura berbunga satu tahun sekali. Calon bunganya mulai terlihat sejak pertengahan Januari, tapi baru akan mekar pada awal April. Sakura yang telah berkembang bertahan selama satu sampai dua minggu, lalu gugur dan kelopak-kelopaknya terbawa angin. Keindahan sakura hanya sebentar, tapi karena itu dia berharga. Sakura adalah ciri kehidupan yang tidak abadi.”
“Detik itu juga aku merasa seolah-olah jantungku diremas. Ah. Inilah sebabnya mengapa aku menyukai film dokumenter.Film dokumenter membuat aku sadar bahawa hidup ini nyata, bahwa dunia yang kutinggali ini tidak sempurna.”
“Kalau begitu, kau tidak boleh menyerah. Jangan berhenti mengejar impianmu atau kau akan menyesal, Rayyi..... Kita tidak hidup selamanya, Rayyi. Karena itu, jangan buang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak kita inginkan.”
5 komentar:
dari reviewnya, sepertinya menarik yah bukunya :)
aku ijin follow blog kmu yah, follow back jg blog aku yah jika berkenan hehhee makasih, salam kenal..
http://catatandewisri.blogspot.com/
Iya.., bukunya menarik sekali untuk dibaca. Yuk hunting ke toko buku...,
Terima kasih sudah mau follow blog kami,,, aku ijin follow balik juga yah.., :)
Belum nemu bukunya...:(
wahh reviewnya bagus ternyata novelnya uhuhu >.< thankss ga nyesel beli wehh tp msih otw dtengnya :v
Posting Komentar