Judul : Sunset in Weh Island
Penulis : Aida M.A
Penyunting : Dila Maretihaq Sari
Perancang sampul : Reina S
Ilustrasi sampul : iStockphoto
Pemeriksa aksara : Intan & Intari
Penata aksara : Gabriel
Penerbit : Bentang Belia
Terbit : Januari 2013 (Cetakan pertama)
Tebal : viii + 252 hlm
ISBN : 978-602-9397-73-4
Aku hanya tahu matahari
terbit di ufuk timur dan tenggelam
di ujung barat.
Namun denganmu, bahkan kilau senja saja
mampu meretas rindu.
Di antara desir pasir angin di pulau Rubiah,
pada tiap butir pasir di pulau Weh.
Ada melodi rasa yang kau kirimkan
pada setiap irama ombak.
Aku ....
Kamu ....
Dan cinta ini .... Satu!
"Cinta sesungguhnya itu selalu memberi, tulus ... karena ketulusan tak pernah menyakiti siapa pun pelakunya." - hlm. 214
Axel. Seorang pria asal Jerman yang memutuskan untuk meninggalkannya negaranya. Keputusannya itu tidak lain karena pertengkaran dengan Marcel, sahabatnya. Marcel yang sedikit cemburu karena Axel berpacaran dengan Andreea-wanita yang dicintai Marcel, mendadak kalap dan melupakan persahabatan yang sudah terbangun sejak lama. Berusaha menghapus segala sakit hati yang di rasakan Axel pada sahabatnya, pria itu memutuskan untuk ke surga yang dulu sekali pernah di katakan pamannya, Alan.
Mala. Seorang gadis biasa yang tinggal di sebuah cottage di pulau Weh merupakan anak dari Bram yang merupakan salah satu pemilik Laguna. Gadis ceria itu adalah salah satu penggemar sunset. Ia akan berlama-lama di tepi pantai hanya untuk menunggu kilauan jingga yang menghiasi langit dan kemudian menitipkan rindunya pada kumpulan camar yang beterbangan. Rindu pada sosok yang seharusnya menemaninya melalui hari-hariya.
Mala dan Axel adalah dua sosok yang bertolak belakang. Mala yang tidak suka membesar-besarkan masalah dan Axel yang begitu menuntut membuat pertemuan pertama mereka di hiasi sedikit adu mulut. Mulai dari Mala yang tidak sengaja menabrak Axel saat ia mengejar kapal dan adu mulut Axel yang menuntut permohonan maaf.
Kedua orang ini masing-masing memendam rasa tidak suka.
Raffi, sosok yang begitu penting untuk Mala. Laki-laki itu seakan tidak menyadari gerak-gerik Mala yang mendadak canggung saat berada di dekatnya. Lalu Andreea, wanita yang menjadi pacar Axel di Jerman.
"Jangan takut akan perpisahan, semua luka pasti berlalu seperti buih ombak yang perlahan menghilang. Hidup yang didasari oleh takut hanya akan menjadi sebuah ilusi dan kamu tak akan mendapatkan apa pun, selain ketakutan dan kecemasan. Selami saja dalamnya lautan karena sebagian keindahan ada di sana, kamu tak akan pernah melihat keindahan itu jika kamu hanya berdiri di daratan dengan hati yang cemas." - hlm. 71
Saat Axel dan Mala sudah merasa nyaman satu sama lain dalam segala hal, Raffi dan Andreea kembali muncul di kehidupan mereka dan menciptakan kembali keraguan-keraguan yang sempat muncul. Marcel yang sengaja ke mencari Axel dan sosok Bram, ayah Mala yang juga mengalami gundah karena kehadiran Vera, seseorang yang begitu mirip dengan istrinya dulu, ibu Mala.
"Pada kepakan sayapmu kutitipi puluhan kelebat rinduku. Entah di sudut bentangan langit yang mana akan kusemat senduku. Cericitan camar bercerita, siapa kiranya yang sudi mengantarkan pesanku. Tak mengapa bila pun esok, atau pada sebaris bulan sabit yang malu-malu." hlm. 72
Dari mulai fragmen luka, ceritanya sudah sangat bagus. Penuturan dan gaya bahasanya ringan. Saya seakan di ajak untuk menjelajahi pulau Weh melalui novel ini. Ide ceritanya lumayan bagus lah buat saya. Nggak kayak novel belakangan yang jalan ceritanya muter-muter tapi intinya cuma satu. Novel ini justru menceritakan dua karakter yang saling berseberangan tapi perlahan lebur menjadi satu. Mengikuti jalan cerita yang membawamu berwisata ke pula Rubiah. Mengenal sosok Mala, Axel, Alan, Bram bahkan Fida dan bang Rahmat.
Raffi yang akhirnya membuka diri dan mengatakan yang sesungguhnya dan Andreea yang tiba-tiba berkunjung ke Pulau Weh adalah bagian lain dari keseruan novel ini.
Novel ini cukup bagus untuk kalangan dewasa dan dewasa muda untuk di baca. Konfliknya simple tapi gak ngebosenin. Ada banyak kejutan-kejutan dari Axel untuk kalian.
Saya berulang kali memeriksa apakah ada typo dalam novel ini, tapi saya tidak menemukan hal itu. Entah karena editornya yang kece abis atau bagaimana. Mengenai tetek-bengek EYD aku nggak ikut campur deh.
"Kamu tahu? Dibelahan bumi mana pun aku pergi , aku tahu separuh hatiku tertinggal di sini, karenanya aku selalu kembali, di sini, di hatimu." - hlm. 243
At least, aku kasih 3,5 bintang untuk buku Mbak Aida M.A ini.
Bagi yang suka bertualang lewat buku, mendingan hunting buku ini deh. Karena mbak Aida M.A bakalan ngajak kalian bua menjelajahi pulau Weh.
0 komentar:
Posting Komentar