Pages

Review The Love is (not) Blue By Devi Eka/Vivi Imutz



Judul                           :  The Love is (not) Blue
Penulis                         :  Devi Eka/Vivi Imutz
Editor                          :  RN
Desainer cover            :  Rudi R.
Layouter                      :  Fitri Raharjo
Pracetak                      :  Endang
Penerbit                       :  GACA
Terbit                           :  Desember 2013
Tebal                           :  300 hlm.
ISBN                           :  978-602-255-384-7





Blurb:

Gerimis itu seperti hujan yang jatuh dengan hati-hati. Dia ingin pelan jatuh ke bumi, agar tak terlalu sakit. Seperti gerimis, mulai saat itu, aku jatuhkan hatiku padamu. Aku ingin kamu menjaga hatiku....

***

Ayla. Gadis cantik berusia 27 tahun yang bekerja di sebuah industri elektronik di Korea. Berusaha melupakan masa lalunya lima tahun silam yang terjadi di Indonesia.

Dicky. Seseorang yang menjadi salah satu karakter di masa lalu Ayla. Seseorang yang memperikan rasa bahagian dan sakit yang bersamaan.

Lee Hyun Sook. Bos Ayla di Korea. Memberi perhatian lebih pada gadis itu dan selalu ada saat gadis itu membutuhkan.

Farah. Gadis yang merupakan sahabat Ayla dan merupakan seseorang yang juga menyukai Dicky.

***

Kisah ini dibuka dengan prolog yang menampilkan Ayla dengan seorang laki-laki. Lelaki yang masih dicintainya. Tapi kemudian, seorang gadis kecil datang dan menyebut laki-laki dihadapannya dengan sebutan papa. Yah, gadis kecil itu memanggilnya papa. Tidak lama setelah itu, muncul juga seorang perempuan yang memandang sinis ke arah Ayla. Perempuan yang mengingatkan Ayla akan masa lalu yang membuatnya merasa bersalah dan terkhianati sekaligus.

Ayla terlalu sering melamun di meja kerjanya. Dan Lee Hyun Sook¾atasannya¾memperhatikan hal itu. Ia selalu melihat Ayla yang diam-diam memandangi foto keluarganya di laci meja kerjanya. Dan manager Lee tidak pernah suka jika Ayla bersedih atau pun kesusahan.

Akhirnya manager Lee memberi Ayla cuti selama dua minggu. Awalnya Ayla mengira bahwa managernya itu sedang bercanda, tapi kemudian ia harus bersorak gembira karena ia akan kembali bertemu dengan ibunya setelah lima tahun berpisah.

Tanpa pernah di duganya, semua kenangan yang berusaha dilupakan Ayla lima tahun terkuak, perlahan terkuak dengan semua album kenangan serta kehadiran sosok Dicky kembali ke dalam hidupnya. Yah! Dicky datang bahkan dengan segenggam harapan lagi di hatinya. Ayla tidak bisa menghindari tatapan meneduhkan Dicky.

Jalinan lima tahun silam seakan kembali terulang lagi. Dicky dengan segenap perhatiannya kembali hadir dalam hidup Ayla. Memberikan gadis itu harapan dan kebahagiaan sekaligus. Mereka mulai bertualang ke berbagai tempat hingga bertemu dengan teman lama. Puncaknya adalah ketika sama–sama merayakan tahun baru di pulau Lombok. Kebersamaan yang terjalin bersama dengan semua perhatian Dicky serta suasana yang seakan berpihak pada keduanya. Kembali menciptakan sesuatu yang menderu di hati Ayla.

Tapi siapa yang menyangka bahwa sepulang dari sana, malapetaka justru kembali memporak-porandakan hati Ayla dan memaksa gadis itu untuk menjauhi Dicky, laki-laki yang masih dicintainya. Masa lalu yang tidak disangkanya justru selalu mengikutinya sepanjang waktu dan kembali membuatnya harus menelan pil pahit kehidupan di tambah dengan kabar duka yang semakin memperburuk perasaannya.

Dengan semua kepahitan itu, Ayla memutuskan kembali ke Korea. Di sana, Lee Hyun Sook memberikan semua perhatian terbaiknya. Membantu gadis itu dan selalu menjaganya. Perlahan, dia mulai memperlihatkan sedikit demi sedikit perasaannya. Hingga untuk kesekian kalinya, perasaan kembali menghempaskan Ayla ke dasar keterpurukan. Ditambah lagi kecelakaa yang membuat kakinya lumpuh dan sebuah kabar yang kemudian harus ia telan bulat-bulat. Kabar yang membuat seluruh organ dan tubuhnya mengalami kelumpuhan seketika.

Dan ketika cinta harus mendapat ujian, apa yang akan dilakukan Ayla?

Apakah ia lebih memilih bertahan atau jutsru lari?

Lalu bagaimana jika harapan terbesar Ayla justru dihempaskan ke dasar lembah keterpurukan yang sangat dalam?

Masih mampukah ia bertahan untuk sekedar bernafas?

***

Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih untuk mbak Vivi untuk buntelannya, tapi TTD kurang mbak, hehehe!

Pertama untuk covernya, saya sangat suka dengan kombinasi warna yang digunakan. Biru dan pink memang sangat cocok dipadu-padankan satu sama lain. Di tambar dengan ilustrasi pohon bunga Cherry yang menambah marak suasana dalam arti sebenarnya. Penggambaran suasana covernya dapet banget. Dan kursi roda yang ada memang menciptakan suasana sendiri untuk covernya. Feel sadnya benar-benar tersampaikan menurut saya sebagai pembaca. Apalagi setelah membaca testimoni dari pembaca novel The Love is (not) Blue, jadi tambah yakin dengan isi dan konsep ceritanya.

Untuk pemilihan settingnya sendiri juga dibuat kuat banget. Nuansa lokal indonesianya kerasa banget. Apalagi pas settingnya di Lombok, wih, dapet banget. Untuk setting Korea sendiri bisa dibilang minimal banget yah, mungkin perlu sedikit pengeksplorasian di sini. Nggak terlalu dapet gitu feel koreanya.

Untuk tata letak isi udah pas banget menurut aku. Ilustrasi dalam buku juga menambah semaran dan terkesan bikin nyaman pas dibaca. Bahasa yang digunakan juga nggak monoton banget. Lebih terkesan nyantai.

Untuk karakter tokohnya sendiri, mungkin untuk karakter yang lain aku nggak masalah. Tapi untuk Ayla sendiri sang tokoh utama, aku harus sedikit gigit jari. Aku kurang suka sama karakter Ayla di sini yang tekesan gimanaaaaa gitu. Pas ketemu Dicky langsung kecantol lagi. Nggak ingat sama perasaan lima tahun yang lalu yang di sia-siakan demi cewek lain dan fakta yang kemudian tersingkap di puncak konflik. Pas udah tahu lagi, bawaannya masih ada ngeh sama Dicky. Uhh,,, kesel sama si Ayla ini. Nah, pas lagi sama Hyun Sook, bawaannya bikin kesel. Si Ayla ini naikin tensi aja.

Pemilihan konfliknya, yah kalau soal romantis sih, mungkin ini novel yang bikin kamu senyam-senyum sendiri plus nangis-nangis sendiri. Testimoni pembaca sih banyakan yang nangis gitu, tapi untuk aku sendiri, nangis sih, tapi nggak kayak yang nangis banget. Tapi untuk buku pertama sih, ini udah bagus banget menurut aku.

Aku nemuin beberapa typo sih di buku ini, tapi masih dalam kadar normal.

Endingnya, eh..., ayuuukk, dibaca, dibaca.

I give 3,7 star for this book.






0 komentar:

Posting Komentar